this is my blog....
Esther
yang mengetahui niat suster Abigail untuk membawanya kembali berhasil
membunuhnya dengan menghantam kepalanya menggunakan martil. Dia memaksa
Max membantunya dan menyimpan rahasia itu atau dia akan membunuhnya. Max
yang ketakutan hanya bisa menurut. Esther lalu menyembunyikan martil
yang dipergunakannya untuk membunuh suster Abigail di rumah pohon milik
Daniel. Peristiwa itu terlihat oleh Daniel ketidak secara tidak sengaja
dia berada di sekitar tempat itu.
Dan Esther ternyata tahu kalau Daniel mengintipnya dan mengancamnya
dengan cutter ketika dia sedang tidur. Dia lalu menyakiti Kate dengan
memotong semua mawar putih yang ditanamnya di makam Jessica, anak
perempuannya yang meninggal waktu dia keguguran dulu. Saking marahnya,
Kate menarik lengan Esther. Dia menjerit kesakitan untuk menarik
perhatian Jack. Dan dengan sengaja dia menjepit lengannya hingga patah
untuk mengesankan Kate adalah penyiksa anak.
Kate berusaha mencari tahu latar belakan Esther. Ternyata dia dulu tinggal di Saarne Institute, sebuah rumah sakit jiwa di Estonia.
Dia menghubungi rumah sakit itu tapi mereka mengatakan tidak mengenal
pasien bernama Esther. Kate lalu mengirimkan fotonya melalui email dan
menunggu mereka mengecek lebih jauh.
Daniel akhirnya nekad untuk membongkar kejahatan Esther. Dari Max dia
mengetahui kalau Esther menyimpan martil yang dipakainya untuk membunuh
suster Abigail di rumah pohon. Diam-diam dia naik dan memeriksa tempat
itu, tapi ternyata Esther sudah menunggunya dan membakar rumah itu agar
Daniel tewas terbakar. Tapi Daniel berhasil selamat tapi harus masuk
ICU. Ketika Esther berniat menghantam kepalanya dengan batu, Max muncul
dan mendorong Esther hingga jatuh. Kate dan Jack membawa Daniel ke rumah
sakit.
Di rumah sakit, Esther masih juga berusaha membunuh Daniel dan menutup
wajahnya dengan bantal. Alat penanda sudah menunjukkan garis datar dan
ia keluar dari ruangan itu dengan tersenyum. Tapi ternyata dokter
berhasil menyelamatkan Daniel. Kate langsung mengetahui kalau itu adalah
ulah Esther. Di depan banyak orang ia menampar Esther hingga terjatuh
dan berdarah. Akhirnya Kate dibius dan harus tinggal di rumah sakit
malam itu.
Esther sangat senang begitu menyadari dia akan berduaan di rumah dengan
Jack. Dia menggunakan kesempatan itu untuk menggoda Jack agar tidur
dengannya. Jack menolak dan menyuruhnya naik ke kamarnya. Esther sangat
marah karena merasa ditolak. Dia pun mengambil pisau dan pistol yang
didapatnya dari lemari besi.
Pada saat itu, di rumah sakit, Kate menerima telepon dari Saarne Institution. Dokter yang menghubunginya mengatakan kalau nama asli Esther adalah Leena Klammer.
Dia sebenarnya bukan seorang anak-anak lagi. Dia adalah wanita dewasa
yang berusia 33 tahun. Dia mengidap penyakit yang membuat tubuhnya
berhenti berkembang secara fisik. Jadi, meskipun usianya sudah dewasa,
dia tetap terlihat seperti anak yang berusia 9 tahun. Leena adalah
seorang psikopat yang sangat berbahaya. Dia berhasil melarikan diri dari
rumah sakit itu setelah membunuh beberapa pegawai.
Kate buru-buru pulang dan mendapati bahwa Jack sudah tewas dengan banyak
luka bacokan di tubuhnya. Dan ia harus kucing-kucingan dengan Esther
yang membawa pistol, untuk bisa naik dan menjemput Max yang bersembunyi
di dalam lemari. Dalam perkelahian, dia berhasil memuat Esther pingsan
dan membawa lari Max. Tapi ternyata, Esther berhasil menyusul dan mereka
bergulat di atas danau yang membeku karena lapisan es. Pecahan es itu
retak dan mereka berdua terjun ke dalam air yang dingin.
Kate berhasil menghantam wajah Esther dan naik terlebih dahulu ke permukaan. Esther menyusul di belakangnya sambil berkata:
“Jangan biarkan aku mati, bu.”
Kate memandangnya dengan marah lalu menendangnya sekuat tenaga sambil berkata:
“Aku bukan ibumu!”
Tendangan Kate membuat leher Esther patah dan dia masuk kembali ke dalam air dan tenggelam.(2009)
terussss teyuuusss yahh yahhh...... di kirimin juga film sama temenku eva yang judlnya
nah fil ini awal ceritanya adalahh.........
Adegan dibuka dengan anak-anak SMA yang sedang menuju sekolah. Tidak
jauh dari sekolah, ada Pak guru yang sedang memukuli dengan tongkat agar
anak-anak sekolah itu tidak terlambat masuk ke kelas.
Adegan berganti lagi dengan pembelajaran di kelas. Seorang guru wanita
sedang menceritakan sebuah cerita berbahasa Inggris sambil berjalan dari
depan ke belakang. Jung Hoon (katanya sih siswa terpintar se-Korea
Selatan) tidak sengaja melihat Da Jung sedang membaca buku tentang kasus
pembunuhan di balik buku pelajarannya. Dilacinya juga masih ada 3 buku
lain yang sejenis itu.
“Tersangka telah mencampur minumannya dengan sesuatu dan tidak ada orang
yang tau. Lalu dia kesakitan dan mengeluarkan busa putih. Tiba-tiba...”
Da Jung, si muka tirai (karena rambutnya nutupin mukanya kaya korden)
yang sedang membaca dan membayangkan kejadian-kejadian yang ada di buku
tersebut kaget mendengar suara teriakan di dalam kelasnya.
Ternyata kejadian yang ada di buku itu terjadi di kelas Da Jung. Teu In
mengeluarkan busa putih dari mulutnya dan jatuh pingsan. Tentu saja
semua orang di kelas itu panik. “Teu In, kenapa? Apa yang terjadi?” Jung
Hoon yang kebetulan ada di dekat Teu In segera menolong.
Pak guru datang dan menyuruh Jung Hoon menelpon ambulans. Di saat semua
orang sedang panik, Da Jung malah memfoto Teu In yang sedang sekarat
itu. “Apakah kamu tidak pernah melihat orang pingsan?” pak guru kesal
karena bukannya membantu malah memfoto. Tapi Da Jung tidak peduli, dia
tetap meneruskan kegiatan memfotonya.
Di belakang, Tae Guk kaget dan shock melihat sebuah botol minuman yang tadi diminum Teu In.
2 minggu kemudian...
“Teu In sudah mati.” Salah satu teman sekelas Teu In mulai membicarakan
kejadian yang menimpa Teu In 2 minggu yang lalu. “Benarkah? Dia
benar-benar mati?” kata teman yang satunya tidak percaya. “Ya,
begitulah.”. Di saat gempar-gemparnya kejadian Teu In tempo hari, Da
Jung sibuk melihat foto-foto yang telah diambilnya.
Sementara itu, Jung Hoon dan temannya, Do Il sedang olahraga di
lapangan. Ada dua orang cewek yang tampaknya fans Jung Hoon. “Oppa,
saranghae.” Kata salah satu dari cewek itu sambil membentuk love di
kepalanya.
Jung Hoon tidak menanggapi 2 cewek itu dan melanjutkan olahraganya.
Sementara, Do Il maju ke 2 cewek itu dan dengan Percaya Dirinya-nya
memberi nomor telponnya kepada cewek itu. “Ini nomor teleponku, aku Do
Il”. Lalu, Do Il pergi dengan gayanya yang aneh. “Aigoo, apa dia sakit?
Dia terlihat seperti kecebong.”.
Da Jung pergi ke perpustakaan mengembalikan buku tentang kasus
pembunuhan itu. “Menurutmu siapa yang membunuhnya?”. Da Jung dengan
gayanya yang misterius mencoba menanyakan pendapat pustakawati di situ.
Namun pustakawati bingung dengan pembicaraan Da Jung. “Dalam kasus Teu
In.” Da Jung melanjutkan. “mengapa kau berpikir seperti itu? Kepala
Sekolah dengan jelas mengatakan kalau itu bukan kasus pembunuhan.”.
“Membunuh untuk menyembunyikan suatu kedudukan. (maksudnya suatu
masalah).” kata Da Jung serius. “Robespierre.” kata pustakawati
misterius.
Tiba-tiba, saat Da Jung melihat ke arah yang dilihat pustakawati, Teu In
muncul dengan muka yang jelek banget. “Apa yang terjadi?” Da Jung
(sebenarnya) kaget, karena semua orang mengira Teu In sudah mati. “Kau
gadis yang hebat, semua orang kaget melihatku.”. Da Jung pergi dari
tempat itu
Sementara itu, di saat sedang istirahat, Tae Gyu iseng memfoto celana
dalam cewek yang ada di sebelahnya. Lalu cewek itu meminta bantuan
kepada Jung Hoon agar Tae Gyu menghapus gambar itu. “Hapus gambarnya.”
Kata Jung Hoon cool banget. “Apa?”. “Aku bilang hapus gambarnya.”. Tae
Gyu tidak mau menghapus gambar itu.
Dan akhirnya terjadilah perkelahian antara Tae Gyu si troublemaler dan Jung Hoon cowok terpintar se-Korea.
Pak guru datang dan mengetahui perkelahian tersebut. Akhirnya, Jung Hoon
dan Tae Gyu dihukum membersihkan kelas. Jung Hoon 1 minggu dan Tae gyu 1
tahun.
Esoknya, di ruang kepala sekolah sedang diadakan rapat. (gurunya satu
sekolahan Cuma ada 4 :D). “Aigoo, bukankah kita hampir saja tidak bisa
menyelamatkan Teu In yang sedang sekarat pada saat itu? Untung aku punya
dokter yang bisa tutup mulut masalah ini. Dan aku bilang pada dokter
itu kalau Teu in alergi buah persik. Tapi bagaimana bisa seorang siswa
meminum minuman yang mengandung racun di sekolah. Apa ini tidak berarti
seseorang memiliki dendam dan ingin membunuhnya?”. Kepala sekolah marah
besar. “Aku akan menyelidikinya sampai menemukan pelakunya.” Kata guru
yang tadi menghukum Jung Hoon. “Baiklah, lakukan dengan baik dan apa kau
tahu ini hari apa? Hari ini komisaris sekolah akan datang. Dan kalau
sampai ada masalah, sekolah ini akan ditutup.”
Adegan berganti ke pembelajaran di kelas. Jung Hoon menerima pesan dari
seseorang. “Apakah kau mengintip?” (adegan ini nggak aku tulis soalnya
ada Kang Sora lagi renang :D). “Lee Da Jung?”. Jung Hoon heran, karena
tidak biasanya Da Jung SMS. “Apakah kau bersama orang lain. Apa kau
menikmatinya?”. “Aku tidak mengintip, aku hanya melihat (sama aja
kalii). Dan aku tidak menikmatinya.”.
Saat mengirim SMS itu, Pak guru ternyata ada di depannya dan tahu kalo
Jung Hoon sedang SMS-an. Pak guru mengambil HP Jung Hoon. “Ada apa
denganmu akhir-akhir ini. Kemarin berkelahi, sekarang SMS-an di kelas.”
Di belakang, Tae gyu tersenyum licik.
Pada saat kelas Jung Hoon jam olahraga, Jung Hoon masih di kelas karena
menerima hukuman dari guru tadi. Selain Jung Hoon, juga ada Tae Gyu. Tae
Gyu mulai mendekati Jung Hoon dan menggodanya. Jung Hoon berbalik
menatap Tae Gyu sadis. Lalu kembali menghadap depan.
“Apa kau ingin membunuhku?”. Lalu Tae gyu mengeluarkan pisau lipat dari
sakunya dan menancapkannya di meja. Jung Hoon yang sudah tersulut emosi
mengambil pisau itu dan mengancam Tae Gyu.
“Jung Hoon oppa.” Ternyata salah satu dari 2 cewek yang ngefans sama
Jung Hoon melihat kejadian itu dan lari. Lalu, Jung Hoon pergi dari
kelas.
Tae Gyu sedang sendirian di kelas. Tiba-tiba, dari arah belakang, ada
seseorang yang menyelinap masuk ke kelas. Lalu, dia menutup mulut Tae
Gyu dan menusuk perut tae Gyu beberapa kali. (suaranya bikin ngeri
cring, cring, cring :D).
Jung Hoon kembali ke kelas. Dia kaget saat melihat tae gyu yang
berlumuran darah. Tadinya, Jung Hoon mengira Tae gyu hanya mengerjainya.
Tapi setelah di pegang, ternyata tae Gyu memang beneran mati.
Jung Hoon menemukan pisau yang tadi digunakan pelaku pembunuh Tae gyu. Dan Jung Hoon mengambil pisau itu.
Pada saat itu, komisaris sudah sampai di sekolah
Da Jung masuk ke kelas dan mendapati Jung Hoon sedang memegang pisau
itu. “Bukan aku yang membunuhnya.” Da Jung melihat ke arah Jung Hoon
lalu tersenyum tipis.
Kemudian, Da Jung menutup pintu dan korden di kelas itu. “Bukan aku yang
membunuhnya.” Jung Hoon bingung. “Aku tahu.” Da Jung tersenyum. “Kamu
tahu? Baiklah aku akan telpon 119 (polisi).”.
Da Jung merebut HP Jung Hoon dan menamparnya. “Apa yang kau lakukan?”
Jung Hoon bingung karena Da Jung menamparnya. “Kau adalah tersangka
utama dalam pembunuhan Tae Gyu.”
Sementara itu, komisaris mulai berkeliling di sekolah.
Da Jung mengeluarkan kotak yang berisi alat-alat seperti detektif. Dia mulai bekerja untuk menemukan sidik jari.
“Ini sidik jarimu.” Da Jung berjalan ke arah kotak itu dan mengambil
kamera. Dia mulai memfoto kejadian itu, termasuk Jung Hoon. “Ku dengar
kau baru saja berkelahi dengan Tae Gyu.”.. “Ya, tapi tidak benar-benar
berkelahi.”
“Sekarang kau harus memutuskan mau dianggap tersangka dan dipenjara atau
bergabung denganku menemukan pembunuh yang sebenarnya dalam waktu 40
menit.” Da Jung berjalan mondar-mandir. “bagaimana bisa kita bisa
menemukan pembunuhnya jika kita tidak tahu siapa pembunuhnya. Lagipula
kau juga bukan seorang detektif. Bagaimana aku bisa percaya padamu?”
Jung Hoon merasa itu tidak mungkin.
“Dengar. Pembunuhnya tahu akan ada darah, jadi memakai jas hujan dan
sepatu siswa. Lalu dia mendekati Tae Gyu dari belakang, menutup mulutnya
dan menikam dadanya, dan agar keliahatan kau yang melakukan, dia
menusuk beberapa kali di bagian depan. Jadi darah memancar ke depan dan
mengenai laptop di depannya. Dan aku yakin bukan kau pembunuhnya. Karena
tidak ada percikan darah di bajumu.” Da jung menjelaskan panjang lebar.
“Lalu, menurutnmu dimana pembunuhnya?”.. “Si pembunuh pasti masih ada di
sekolah. Kalau dia meninggalkan sekolah, pasti dia akan menjadi
tersangka. Mungkin seseorang yang tahu kau berkelahi dengan Tae gyu.”
Lanjut Da jung.
“Oh berarti si pembunuh tidak akan membuang jas hujan dan sepatunya di
sekitar sini, kan?” Jung Hoon mulai sumringah. “tampaknya kau mulai
berpikir. Jadi bagaimana? Menemukan pembunuh dalam 40 menit?”. “Oke mari
kita sama-sama mencari pembunuhnya.”. “Cepat ganti baju dan cuci.”.
“cuci?”. Lalu Jung Hoon melihat tangannya. “oh, baiklah.”
Jung Hoon kembali ke kelas dan mendapati Da jung mengikat rambutnya.
Ternyata di balik rambut tirainya, Da Jung adalah wanita yang sangat
cantik. (terpesona ni ceritanya :D). “Waktu kita kurang dari 40 menit
dan kita membutuhkan nomor telpon semua siswa.”. “Lalu...lab komputer?”
Jung Hoon dan Da Jung pergi ke lab komputer. Ternyata lab-nya terkunci.
“Sebentar.” Da jung melepas kalungnya dan mulai mencoba membuka pintu
tersebut. Dan akhirnya terbuka. “Dari mana kau mempelajarinya?”.
“Rahasia dong..” (aduh senyumnya manis banget :D)
Da Jung segera menyalakan komputer. Ternyata komputer itu ada passwordnya. “Sebentar..” Jung Hoon mulai mengingat-ingat.
-Flashback-
Pada saat sebelum terjadi pembunuhan (Tae Gyu di kelas sendirian), Jung
Hoon ada di kamar mandi sedang mencuci tangannya. Lalu datanglah guru
yang menghukum Jung Hoon. Jung Hoon melihat gantungan kunci yang
bertuliskan ROTC29..
-Flashback end-
“Coba ROTC29.”. Dajung mulai mengetik. “Bingo.”. Dia segera mengcopy semua daftar kontak siswa ke Hpnya Da Jung.
Mereka berdua sudah sampai di kelas lagi. Da jung mulai mengirim SMS ke
siswa satu sekolah. “Aku akan mengirim SMS ke semua siswa di kelas. Aku
membuat agar semua siswa mengira yang mengirimkannya adalah komisaris
sekolah. Tidak ada yang tahu nomorku, kan?”..
SMS saya bila ada guru atau siswa yang terlambat masuk ke kelas. Ini inspeksi sekolah. Komisaris Sekolah.
Semua siswa mulai menerima sms itu. Da Jung dan Jung Hoon mulai
mengira-ngira apa yang terjadi jika yang melakukan pembunuhan adalah
siswa atau guru. Kemudian mereka berencana memeriksa ruang guru. Karena
kemungkinan pembunuh yang lebih besar adalah guru.
Pada saat akan keluar kelas, tiba-tiba datanglah teman Da Jung dari arah
pintu depan. Untuk mengalihkan perhatiannya, Da Jung mencium Jung Hoon.
Dan benar saja, teman Da Jung tidak jadi masuk ke kelas dan tidak
melihat Tae gyu.
Jung Hoon sampai di ruang guru. Di sana, Cuma ada seorang guru (biasanya
murid-murid nyebutnya MBC). Dan Jung dan Jung Hoon membohongi MBC agar
dia keluar dari ruang guru. Akhirnya, MBC keluar dan Jung Hoon mulai
mencari laptop Tae gyu. Akhirnya ketemu di mejanya MBC.
MBC mulai curiga dan kembali ke ruang guru. Setelah dicek, ternyata
laptopnya sudah tidak ada. Lalu MBC berlari ke ruang kelas Jung Hoon.
Sementara itu di kelas, Jung Hoon sedang kebingungan karena file-nya
sudah dihapus. Ternyata di dalam laptop itu terdapat aplikasi yang bisa
mengembalikan dan mencari file yang telah dihapus. Akhirnya, ketemulah
file itu. Namun, belum sempat melihat isinya, MBC sudah sampai di
kelasnya.
Salah satu fans Jung Hoon gelisah. Lalu dia mengirimkan pesan ke Do Il.
Do Il yang sedang tidur menerima pesan itu. Do il kaget (itu MMS jadi
ada gambar Jung Hoon). Lalu segera menuju ke kelas Jung Hoon. Di kelas
Jung Hoon, Do il tidak menemukan Jung Hoon, malah menemukan Tae gyu yang
telah mati, lalu dia berlari mencari Jung Hoon.
Sementara itu, MBC dan Jung Hoon tengah berkejaran. Sampai di atap
mereka (pak guru & Jung Hoon) berdebat. Lalu, dari arah belakang, Do
Il memukul tengkuk pak guru dan seketika, pak guru pingsan.
Da Jung dan Jung Hoon mulai memeriksa file yang tadi dihapus. Ternyata
itu adalah video perselingkuhan antara MBC dan Bu Hong Ju Hee (guru
bahasa inggris). Tiba-tiba, HP MBC berbunyi. Ternyata itu adalah SMS
dari bu Hong. Apakah semua baik-baik saja? (isi SMS)
Jung Hoon menduga kalau MBC yang membunuh Tae Gyu karena Tae Gyu melihat
MBC dan bu Hong ke hotel dan memfoto mereka. Lalu Tae Gyu membuat
ancaman kepada bu Hong dan MBC.
“Da Jung. Kita berhasil menemukan pembunuhnya dalam waktu 40 menit.”
Namun muka Da Jung tidak senang, seperti ada yang mengganjal. “Baiklah,
aku akan kembali ke kelas dan membuka kordennya.”.
Setelah Jung Hoon sampai ke kelas, dia kaget karena melihat Pak Guru
(yang menghukum Jung Hoon) sudah ada di samping Tae Gyu. “Apakah kau
yang melakukannya Jung Hoon?” Jung Hoon shock. “Pak...”. Jung Hoon
mencoba menjelaskan. “menjadi nomer 1 sulit bukan? Tidak bisa bermain
dengan teman, tidak ada waktu untuk dirimu sendiri, tidak punya waktu
tidur yang cukup. Aku tahu sulit menjadi harapan semua orang. “
“Anakku meninggal bertahun-tahun yang lalu, seandainya dia masih hidup,
dia akan tumbuh menjadi laki-laki baik. Ini semua perbuatanku, aku yang
membunuh Tae Gyu. Kau tidak salah. Kamu dan Tae Gyu berkelahi dan aku
mencoba melerai.”
Lalu, sebuah kancing yang terkena darah jatuh. “Dan aku membunuh Tae
Gyu, oke?” pak guru melanjutkan kata-katanya. “Jung Hoon, kau masih
punya masa depan, 1 kesalahan saja bisa merusak hidupmu. Semua akan
baik-baik saja sampai berakhir. Kau hanya perlu diam.” Kata Pak guru
putus asa. Jung hoon shock melihat kancing itu.
Jung Hoon lari ke atap, lalu mencocokan kancing yang jatuh itu dengan
kancing MBC. Ternyata tidak sama. Berarti bukan MBC yang membunuh Tae
Gyu. “Aku tahu ini terlalu mudah.” Ternyata yang membuat Da Jung tidak
senang adalah ini. Dia masih heran karena kasus ini terlalu mudah.
Da Jung berlari ke arah lapangan sambil membuat dugaan “jika dia ingin
membuat Jung Hoon menjadi tersangka, maka dia tidak perlu menyembunyikan
laptop dan ponsel. MBC mengambil laptop dan HP untuk menyembunyikan
rahasianya. Berarti ada alasan lain seseorang untuk membunuh Tae Gyu.”
“Jika minuman yang diminum Teu In adalah milik Tae Gyu...”
-Flashback-
“Apa yang kau pikirkan? Ini untukmu saja” Tae Gyu memberikan botol minuman kepada Teu In. “Untukku?”
-Flashback end-
“Jadi yang membunuh harus memiliki banyak waktu.” Da Jung mencoba menduga.
Da Jung sampai di lapangan. Dia langsung bertemu Teu In. “Teu In, aku
ingin bertanya padamu.” Da Jung capek, napasnya terengah-engah. “Siapa
kau?” Teu In tersenyum karena ada wanita cantik di depannya. Da Jung
segera memajukan rambutnya ke depan. “Tirai?”. Teu In kaget.
“Dia (Tae Gyu) selalu berbicara tentang Sang Mi (pustakawati). Katanya
dia cantik tapi menyebalkan. Dan kalau aku bertanya apakah dia (Tae gyu)
tahu dengan baik, dia tertawa seperti orang gila. Aku pikir dia cantik.
Dia selalu menyukai orang dengan cara yang aneh.”
-Flasback-
“Transfer uangnya besok, mengerti.” Tae Gyu sambil merebut minuman yang
ada di tangan Sang Mi yang sebelumnya sudah diberi racun.
-Flashback end-
Da Jung sampai di perpustakaan. “Da Jung. Kau tampak cantik bila seperti
ini. Dan bukankah ini masih jam pelajaran?” Sang Mi tersenyum.
“Menurutmu siapa pembunuhnya?”. “menurutmu siapa?” Sang Mi malah balik
bertanya. Tiba-tiba HP Da Jung berbunyi. Ada pesan masuk. Pak Guk Man
terlambat masuk kelas hari ini dan berakhir lebih awal. Dia adalah
seorang pecundang.
Tiba-tiba di belakang da Jung sudah ada Pak Guk Man. “Apa yang kau
lakukan di sini? Bukankah jam pelajaran olahraga? Kau ini... Ah,
apel.”Pak Guk Man mencomot apel yang dikupas Sang Mi. Da Jung melihat
kancing di jas Pak Guk Man hilang satu.
Sang Mi melihat Da jung sinis campur sadis. “Da jung, menurutmu siapa
yang membunuhnya?”. Pak Guk Man kaget. Apel yang ada di tangannya
terjatuh. Lalu Da Jung mengangkat tangannya yang membawa kancing.
“Membunuh, untuk mengamankan sebuah tahta dan berjuang untuk menutupi
kejahatannya.” Bibirnya Da Jung bergetar. “Robespierre.”. Sang Mi pergi
dari perpustakaan.
Pak Guk Man mengambil pisau yang tadi digunakan untuk mengupas apel. Sementara itu, Sang Mi pergi ke atap.
-Flashback-
“Saat aku melihat ini di ruang kerja ayahku, aku masih kelas 9. Bahkan
jika kau seorang mahasiswa miskin. Kenapa membuat film seperti ini?
Kenapa ayahku? Hah? Dan kau memiliki keberanian untuk menunjukkannya.
Kenapa kau lakukan?”
-Flashback end-
Waktu terus berjalan, sementara itu di perpustakaan keadaan genting. Pak
Guk Man mulai mempermainkan pisau di tangannya. “Apa kau tahu rasanya
kesepian? Saat kau pulang hanya disambut oleh cahaya lampu. Hal ini
lebih buruk di saat liburan. Kau tahu mengapa? Karena kesepianku
berkurang saat mengajar di kelas. Tapi yang benar-benar membuatku tidak
tahan adalah orang menganggapku bodoh.”
Pak Guk Man maju perlahan-lahan. “Pak, ini belum terlambat..” Pak Guk
Man menampar Da Jung. Lalu, melanjutkan kata-katanya “Tapi suatu hari,
malaikat datang di depanku. Dia selalu baik padaku, pergi menonton film
denganku dan memegang tanganku. Hal ini sangat indah. Dan aku tidak bisa
memaafkan anak itu (tae gyu). Aku ingin kebahagiaan ini terus
berlanjut.” Pak Guk Man tersenyum licik dan bersiap-siap menusukkan
pisau itu ke Da Jung.
Namun, tiba-tiba dari arah belakang, Jung Hoon berusaha untuk
menghentikan. Pak Guk Man akhirnya terjatuh. Jung Hoon dan Da Jung
berlari lebih dalam ke perpustakaan. Lalu, mereka masuk diantara
rak-rak. Pak Guk Man berusaha mengejar.
Da Jung dan Jung Hoon berhasil bersembunyi, tapi akhirnya Pak Guk Man
tahu karena naik ke atas lemari. Jung Hoon dan Da Jung berusaha
menghindar, tapi, Pak Guk Man menjatuhkan buku, sehingga Jung Hoon
jatuh. Pak Guk Man berusaha menahan Jung Hoon dari balik lemari, tapi Da
Jung menggigit tangannya sehingga cekalannya terlepas.
Da Jung dan Jung hoon bersembunyi di ujung rak. Setelah Pak Guk Man
sampai di ujung rak, Jung Hoon segera mempepet pak Guk Man ke tembok.
Pak Guk Man berusaha melawan, sehingga pisaunya terkena sedikit di leher
Jung hoon. “Lari...” Da Jung segera berlari ke arah luar untuk meminta
pertolongan.
Pak Guk Man mengejar Da Jung. Da Jung sudah sampai di bagian depan
(deket pintu keluar) perpustakaan. Namun, dia terpleset buku. Pak Guk
Man siap-siap menikam Da Jung, tapi tidak kena. Dari arah belakang, Jung
Hoon berusaha menahan Pak Guk Man, tapi perut sebelah kirinya kena
tusuk. Pak Guk Man sudah mengangkat tangannya siap untuk menusuk Jung
Hoon. Tapi bel berbunyi, jadi pak Guk Man menunda penusukannya.
Di luar, guru-guru mulai keluar dari ruang kelas. “Pak Guk Man, apa yang
kau lakukan?”. Komisaris dan rombongannya ternyata sudah sampai ke
perpustakaan. Pak Guk Man menangis, begitu pula dengan Jung Hoon dan da
Jung. “Pak Guk Man, semua ini telah berakhir.”
Sehabis olahraga, semua murid masuk ke kelas. Mereka kaget Tae Gyu mati dengan darah penuh di bajunya.
Beberapa hari kemudian...
Jung Hoon sedang dirawat di rumah sakit. Walaupun di rumah sakit, dia
tetap belajar J. Kemudian, Pintu terbuka,seseorang masuk ke dalam. Jung
Hoon kaget melihat orang itu. Ternyata orang itu adalah Da Jung. Yang
lebih mengejutkan lagi, Da Jung cantik banget. Pake rok, bawa bunga,
bawa tas, apalagi rambutnya dikeriting.
Jung Hoon terpesona. Suasananya jadi kaku. “Apa kau belajar?”. Da Jung
heran kenapa masih sakit belajar. “Ya tapi tidak bisa konsentrasi. ” Da
Jung mengambil buku Jung Hoon dan membuangnya ke luar. “Jadi, tidak usah
saja.” Jung Hoon mengangguk. Lalu mencium Da Jung.
“Oppa.” Cewek yang dulu diberi nomornya Do Il datang ke rumah sakit. Jung Hoon dan Da Jung tersenyum.