Iqbaal merupakan anak yang sangat periang, wajahnya penuh
dengan senyuman yang selalu tersungging dari mulutnya. suatu ketika perceraian
kedua orang tuanya merenggut seluruh kebahagiaan Iqbaal. kini Iqbaal tinggal
bersama bundanya (Rike) da ia pun harus terpisah dari kakak yang sangat dia
sayangi Kak Ody. Kak Ody tinggal bersama ayahnya. Kini iqbaal menjadi seorang
yang pendiam, dingin dan selalu murung. Bahkan di lingkungan rumah maupun
sekolah Iqbaal yang baru Iqbaal tidak mendapatkan teman.
Sinar mentari pagi Nampak menembus jendela kamar.
Seorang anak laki-laki yang tengah tertidur pulas di kamar tersebut pun mulai
membuka matanya dan beranjak keluar menuju meja makan.
“pagi Den..?” seorang perempuan paruh baya yaitu asisten
rumah tangga di rumah tersebut yang bernama Mbok Jah
“pagi juga Mbok, bunda kemana Mbok?” Tanya Iqbaal pada
perempuan paruh baya tersebut
“Ibu udah pergi ke kantor den” jawa Mbok Jah
“oh… yadah deh Mbok aku mau siap-siap dulu mau sekolah”
Iqbaal
Iqbaal pun pergi kekamarnya dan mempersiapkan dirinya untuk
sekolah .
Di sekolah Iqbaal selalu sendirian tidak ada seorang pun
yang mau berteman dengannya. Tapi, bukannya tidak ada yang mau menemani Iqbaal
tapi karena Iqbaal jarang berinteraksi dengan teman-temannya.
Jam pulang sekolah. Iqbaal pun bergegas keluar dari sekolah
dan menuju mobil yang telah menjemputnya. Mobil, merupakan salah satu fasilitas
yang di berikan bundanya Iqbaal kepada Iqbaal.
Setelah sampai dirumah Iqbaal menuju kamar nya ia mengganti
baju seragamnya dengan baju biasa dan langsung meraih diary nya yang ia
letakkan di laci meja belajar
Dear Diary…
Iqbaal kangen teh Ody! Iqbaal pengen keluarga Iqbaal kayak
dulu lagi. Iqbaal kangen ayah, Iqbaal juga kangen samma bunda. Bunda selalu
pergi ketika Iqbaal masih tidur dan pulang ketika Iqbaal udah tidur. Iqbaal
pengen semuanya kembali.
Setelah menulis diary Iqbaal pun beranjak ke tempat
tidurnya.
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar Iqbal
“Den, ini mbok” mbok Jah
“ia Mbok ada apa?” Iqbaal
“makan dulu den, aden kan belum makan dari tadi pagi?” Mbok
Jah
“Iqbaal enggak nafsu Mbok” Iqbaal
“loh kenapa toh den?” Mbok Jah
“enggak kenapa-enapa kok Mbok cuman lagi enggak pengen makan
aja” Iqbaal
“ya sudah kalo begitu kalo den Iqbaal mau makan panggil aja
Mbok ya” Mbok Jah
“ia Mbok “ Iqbaal
Malampun tiba kini Iqbaal pun tenga tertidur pulas. Di ruang
tengah
“iqbaal sudah tidur mbok?” Bunda
“sudah Bu barusan” Mbok Jah
“udah makan iqbaalnya?” Bunda
“belum bu, tadi pagi saja dia hanya minum susu saja dan
sampai tadi sore dia tidakk makan apa pun?” ucap Mbok Jah sambil menunduk
“Yasudah kalo begitu saya ke kamar Iqbaal dulu” Bunda
Bunda menuju kekamar Iqbaal dan melihat Iqbaal sudah
tertidur pulas. Bunda Iqbaal pun menuju ranjang Iqbaal dan membenarkan selumut
Iqbaal kemudian mengecup Iqbaal dan hendak beranjak pergi. Tetapi, tangannya di
pegang oleh Iqbaal yang mengigau
“Mom, Dad please come back, Iqbaal enggak mau kalian kepisah
gini. Iqbaal pengen kalian bersama lagiii… ayah… jangan tinggalin iqbaal the ody….
Mau kemana” Iqbaal
Tanpa sadar air mata Bunda IQbaal pun mengalir
“maafkan Bunda sayang” ucap Bunda sambil melepaskan
genggaman Iqbaal dari tangan Bunda.
“Bunda, mala mini tidur disini ya?” ucap Iqbaal yang
terbangun oleh kedatangan Bundanya.
“ehhm… i..i..iya baal, bunda tidur disini” ucap bunda Iqbaal
sambil mengecup kening Iqbaal.
Akhirnya, malam ini tidur sekamar, Iqbaal sangat bahagia
karena Bunda nya tidur bersamanya, Iqbaal bahkan sangat merindukan dekapan sang
Bunda yang sudah sama sekali dia tak rasakan.
Bulan pun kini telah berganti dengan sang fajar yang telah
menyingsing di ufuk timur, suara kicau burung, ayam berkokok pun kini mulai
terdengar, teriknya matahari mampu mengusik tidur sang bocah ini. Mata pun
seakan terpaksa terbuka.
“ehhmmm,…bunda….” Ucap bocah ini. Ya, iqbaal kini sudah
terbangun dari tidurnya. Kini ia menyadari bahwa Bundanya sudah tidak ada di
tempat tidurnya, Iqbaal pun kini membereskan tempat tidurnya sendiri dan
bersiap untuk sekolah. Iqbaal memang sudah terbiasa sejak kecil untuk bangun
dan langsung membereskan tempat tidurnya sendiri.
Setelah mandi dan bersiap ke sekolah…
“pagi Mbok?” sapa Iqbaal pada Mbok Jah
“pagi juga Den?” jawab Mbok Jah
“hari ini sarapan apa Mbok?” Tanya Iqbaal
“hari ini sarapa sama roti bakar dan susu coklat kesukaan
aden” jawab Mbok Jah yang tengah mempersiapkan sarapan untuk Iqbaal.
“pagi den…?” ucap seorang laki-laki paruh baya yaitu pak
Kadiman, supir Iqbaal
“pagi juga pak, udah sarapan??” Tanya Iqbaal pada pak
Kadiman
“oh sudah den, oia den saya Cuma mau bilang mobilnya sudah
siap” ucap pak Kadiman
“ehmm, hari ini Pak Kadiman libur aja deh ya soalnya Iqbaal
mau pergi ke sekolahnya pake sepeda aja” ucap Iqbaal
“lahh nanti saya dimarahin sama ibu loh den kalo saya enggak
anterin aden ke sekolah” ucap Pak Kadiman
“udah enggak usah, bentar ya pak” ucap Iqbaal sambil
mengeluarkan iphone nya.
“hallo… Bun”
“………..”
“udah ini lagi kok Bun, ehm… ia Ibal mau kesekolah pake
sepeda ya Bun?”
“……..”
“ya…. Lagi pengen aja Bun boleh ya??”
“………”
“ia Ibal janji hati-hati, yaudah ya bun, Ibal sekolah dulu”
“……..”
“walaikumsalam”
Iqbaal pun menutup teleponnya
“pak Kadimin Bunda udah ngizinin aku buat pergi kesekolah
pake sepeda jadi hari ini mobilnya masukin lagi aja ke garasi” ucap Iqbaal
“baik Den” ucap pak Kadimin
Akhirnya Iqbaal pun pergi menuju ke sekolahnya sendiri dan
hanya mengendarai sepeda kesayangannya yang merupakan hadiah dari sang ayah
sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke sepuluh tahun. Perjalanan pagi ini
diringi dengan cuaca yang sangat cerah mentari pagi yang menyengat seakan
memaksa kelu Iqbaal, tetes demi tetes keringat keluar dari keningnya.
Pada saat di tengah perjalanan Iqbaal melihat sebuah
kejadian yang kurang mengenakan. Yakni, seorang perempuan yang sebaya dengannya
sedang di tarik-tarik oleh oleh beberapa orang preman yang tubuhnya lebih besar
dengan wanita tersebut. Iqbaal yang melihat kejadian ini pun berniat untuk
menolong perempuan tersebut.
“hey lepasin dia” ucap seorang lelaki
Para preman tersebut menghentikan aktivitasnya dan beralih
pada lelaki tersebut
“siapa sih lohh…. Ganggu ganggu aja” ujar salah satu preman
tersebut
“a..a..a..ku emang bukan si..si..siapa! cuman apa
ka…ka..kalian enggak malu apa narik-narik a..anak kecil seperti itu” ucap
lelaki tersbut yang ternyata adalah Iqbaal
“arrrghhhh…!!!! Anak kecil banyak bacot loh!” ucap salah
satu preman tersebut
“aku enggak taku sama kalian walaupun kalian lebih besar
badannya dari aku” ucap Iqbaal yang langsung tegas nada bicaranya
Akhirnya Iqbaal melawan satu persatu preman tersebut dengan
menggunakan jurus-jurus karate yang dia miliki. Dan pada akhirnya semua preman
tersebut tumbang tak berdaya melawan Iqbaal. Perlu di ketahui bahwa Iqbaal
merupakan salah satu atlit karate andalan sekolahnya yang terdahulu sebelum ia
pindah ke Jakarta.
“kamu enggak apa-apa??” Tanya Iqbaal pada perempuan tersebut
“aku enggak apa-apa, makasih ya…. Kamu udah nolong aku” ucap
perempuan tersebut
“ia sama-sama. Oia aku Iqbaal, kamu” ucap Iqbaal sambil
sambil mengulurkan tangannya
“aku Alea” ucap perempuan tersebut sambil menyambut uluran
tangan Iqbaal
“ kamu kenal dengan orang-orang ini?” Tanya Iqbaal
“aku enggak kenal” jawab Alea
Tiba-tiba…