DERASNYA GLOBALISASI
MELUNTURKAN KEBUDAYAAN NORMA DAN NILAI SOSIAL DI DESA CIPURUT KECAMATAN
CIREUNGHAS KABUPATEN SUKABUMI
JURNAL ILMIAH
DiajukanuntukmemenuhisalahsatusyaratdalammatakuliahIlmuPengetahuanSosial
di SD
DI SUSUN
OLEH :
RATNA ELIZA 063161111151
NOVITA FAUZIA 063161111137
NI’MAH HASNI 063161111157
ESA SARTIKA 063161111150
SETIA LESTARI 063161111159
RIZKY NUROJAB
063161111161
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Kelas
D/ Semester 3
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SUKABUMI
Jalan R.
Syamsudin, SH. 50 Kota Sukabumi– 43113 Telp. (0266) 218342 Fax. (0266) 218345
2012
ABSTRAK
Penelitian
ini mengambil judul “Derasnya Globalisasi MelunturkanvNorma Kebudayan ”. latar belakang penelitian ini
kurang sosialisasi secara gencar tentang pentingnya norma kebudayaan dalam
kehidupan,masyarakatyang
tidak memahami akannorma
dannilaikebudayaan,penulis menemukan indikasi
kurang optimal dalam pemahaman norma kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari.
Metode yang di gunakan dalam
penelitian ini adalah metodedeskriptifanalisis
dengan sekala pengukuran skala
ratting scale tekhnik pengumpulan data di lapangan di lakukan
dengan cara angket,
obeservasi, wawancatranonprobality sampling dengan sample 80 wargayang
menjadi pemanfaat yang di anggap relevan dalam memberikan jawaban.
Hasil
penelitianmenunjukansebagaiberikut
:
1.
Derasnya
globalisasi melunturkan norma kebudayaankarenadenganskor77.08%
artinya kriteria menurut penilaian angket Arikunto (1998:246) yang telah
dijelaskan pada table diatas menunjukan bahwa Globalisasi melunturkan norma
dapat dinilai Tidak Baik
2.
Melunturkankebudayaan di
DesaCipurutKecamatanCireunghasKabupatenSukabumiDenganskor71.5%
artinya kriteria menurut penilaian angket Arikunto (1998:246) yang telah
dijelaskan pada table diatas menunjukan bahwa Globalisasi melunturkan norma
dapat dinilai Cukup melunturkan kebudayaan.
Dengan
memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT,atas berkat rahmat dan
karunia-Nya,penulis dapat menyelesaikan jurnal yang berjudul “Derasnya
Globalisasi Melunturkaan kebudayaan Norma dan nilai sosialdi Desa Cipurut
Kecamatan Cirenghas Kabupaten Sukabumi Indonesia”.
Jurnal ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah pendidikan dasar ips di sd pada jurusan pendidikan
guru sekolah dasar.
Penulis menyampaikan terimakasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada IbnuHurri S. Sossebagai dosen dan pembimbing yang telah
memberikan dorongan, masukan dan motivasi dalam menyelesaikan jurnal ini.
Penulis menyadari bahwa segala yang
di tulis dalam jurnal ini masih jauh dari sempurna, di sebabkan oleh karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis baik dalam segi materi maupun
penggunaan bahasa yang baik dan benar. oleh sebab itu,kritik dan saran yang
membangun sangat di harapkan. Akhirnya,semoga jurnal ini dapat bermanfaat bagi
kita semua….amiin.
Sukabumi,Januari 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tiap Negara memiliki budaya nya
masing-masing yang berbeda-beda, tiap Negara mempunyai ke khas an yang menujukan jati diri Negara tersebut.
Globalisasi memudahkan tiap Negara untuk berkomunikasi sehingga bisa menunjukan
serta mengenalkan budaya Negara satu ke Negara lain.
Banyak sejarawan yang mengatakan bahwa
globalisasi terjadi di sekitar abad ke-20 padahal interaksi antar Negara dan
globalisasi sudah terjadi sejak berabad-abad lalu ketika manusia mulai mengenal
perdangan antar Negara yang terjadi sejak abad ke 1000 sampai 1500 M. di abad
itu pedagang tiongkok dan india mulai menelusuri Negara lain dengan jalur darat
maupun jalur laut. Sebagi contoh yang lebih nyata bisa di lihat dari
tersebarnya restoran-restoran cepat saji seperti (McD,Aw,KFC dll) di seluruh
pelosok dunia.
Globalisasi berkembangan seiringan
dengan berkembangangan teknologi komunikasi, itu yang membuat globalisasi
berkembang sangat cepat. Cara itu yang mebuat globalisasi dapat mencampur norma
kebudayaan dan nilai social di Indonesia dengan Negara lain. Karena askes yang
begitu mudah dan cepat ini sehingga dapat di lihat dan nikmati oleh berbagai
kalangan dari orang dewasa, remaja, bahkan anak kecil sekalipun sehingga di
minati dan di ikuti dan melupakan norma kebudayaan dan nilai social yang telah
berlaku.
Globalisasi tersebut memiliki berbagai
dampak terhadap suatu Negara antara lain yaitu terkontaminasinya budaya suatu
Negara dengan Negara lain atau tercampurnya suatu budaya dengan budaya Negara
lain. Hal tersebut juga dialami oleh Negara Indonesia yang mengakibatkan norma
kebudayaan bangsa Indonesia mulai hilang seperti norma usage, folksways, mores
dan custom. Selain merusak norma kebudyaan globalisasi juga merusak nilai
social bangsa Indonesia.
Dari hal tersebut di atas memberikan
suatu inspirasi kepada kelompok kami untuk menaggapi sebuah masalah tersebut
yang terjadi di berbagai Negara khusunya di Desa Cipurut Kecamatan Cirenghas
Kabupaten Sukabumi Indonesia.
Bertitik
tolak dari kenyataan tersebut, kelompok kami tertarik untuk melakukan sebuah
penilitian, yang kemudian di tuangkan dalam sebuah karya ilmiah berbentuk
jurnal dengan judul : “Derasnya Globalisasi Melunturkan Norma Kebudayaan di
Desa Cipurut Kecamatan Cirenghas Kabupaten Sukabumi Indonesia”.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan rumusan maslah di atas dan
untuk membatasi ruang lingkup pembahasan masalah yang menjadi andasan dalam
penulisan skripsi ini, mak perumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimana
sejarah perkembangan globalisasi di Desa Cipurut Kecamatan Cirenghas Kabupaten
Sukabumi Indonesia?
2. Dampak
yang ditimbulkan dari berkembangnya Globalisasi di Desa Cipurut Kecamatan
Cirenghas Kabupaten Sukabumi Indonesia ?
3. Bagaimana
cara Globalisasi merusak norma kebudayaan dan nilai social di Desa Cipurut
Kecamatan Cirenghas Kabupaten Sukabumi Indonesia?
1.3
Tujuan
dan Manfaat Penulisan Jurnal
Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Pendidikan IPS SD 1.
2. Untuk
mengetahui bagaimana tingkat pengaruh globalisasi terhadap norma kebudayaan dan
nilai sosial di desa Cipurut Kecamatan Cirenghas Kabupaten Sukabumi Indonesia.
Manfaat Akademik
Hasil penelitian ini di harapkan dapat
memberikan kontribusi dan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu sosial
khususnya pada jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Kegunaan Praktis
Dari hasil penellitian ini di harapkan
dapat memberikan kontribusi pemikiran yang berharga bagi pemerintah pada
umumnya dan pemerintahan desa Cipurut Kecamatan Cirenghas Kabupaten Sukabumi
Indonesia khusunya untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk lebih
menghargai budaya sendiri di banding dengan budaya luar.
1.4
Sistematika
Penulisan
Bab
I : Pendahuluan
Latar belakang
Rumusan masalah
Sistematika penulisan
Manfaat penulisan
Bab
II :Review Literature
Bab
III: Metodelogi
Bab
IV: Pembahasan
Bab
V : Penutup
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
REVIEW LITERATUR
2.1
Globalisasi
Globalisasi
adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh
dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan
bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas
suatu negara menjadi semakin sempit.
Globalisasi adalah suatu proses di mana
antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi,
bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas
Negara.
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai
banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini
sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi
yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.
Menurut asal katanya, kata
"globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal.
“Globalisasi adalah suatu proses menjadikan
sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini
tanpa dibatasi oleh wilayah”[1]
GLOBALISASI DAN BUDAYA
Gaung globalisasi, yang
sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah membuat masyarakat dunia,
termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima kenyataan masuknya
pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa.Salah satu aspek yang
terpengaruh adalah kebudayaan.
Terkait dengan
kebudayaan, ke budayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang
dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat
terhadap berbagai hal. Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai
wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan
(Koentjaraningrat), dimana hal-hal tersebut terwujud dalam kesenian tradisional
kita. Oleh karena itu nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek
kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran.
Aspek-aspek kejiwaan ini
menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat
dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan.
Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang
merupakan subsistem dari kebudayaan Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan
merupakan salah satu kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan nilai yang beragam,
termasuk keseniannya.Kesenian rakyat, salah satu bagian dari kebudayaan bangsa
Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi.
Globalisasi dalam kebudayaan
dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya
kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan berita namun hal
ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling
krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu
pengertahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang
seperti Indonesia. Mereka yang memiliki dan mampu menggerakkan komunikasi
internasional justru negara-negara maju.
Akibatnya, negara-negara
berkembang, seperti Indonesia selalu khawatir akan tertinggal dalam arus
globalisai dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial, budaya,
termasuk kesenian kita. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai
dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu
mengubah dunia secara mendasar.
Komunikasi dan
transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap
bangsa.Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan
menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Simon
Kemoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang
alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses
alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan
perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari
kehancuran. Tetapi, menurut Simon Kimoni, dalam proses ini, negara-negara harus
memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar
tidak dieliminasi oleh budaya asing.
Dalam rangka ini,
berbagai bangsa haruslah mendapatkan informasi ilmiah yang bermanfaat dan
menambah pengalaman mereka. Terkait dengan seni dan budaya, Seorang penulis
asal Kenya bernama Ngugi Wa Thiong’o menyebutkan bahwa perilaku dunia Barat,
khususnya Amerika seolah-olah sedang melemparkan bom budaya terhadap rakyat
dunia. Mereka berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga
bangsa-bangsa tersebut kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya
nasionalnya. Penulis Kenya ini meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa di
berbagai bangsa, yang dahulu dipaksakan melalui imperialisme, kini dilakukan
dalam bentuk yang lebih luas dengan nama globalisasi.
GLOBALISASI DALAM KEBUDAYAAN
TRADISIONAL DI INDONESIA
Proses saling
mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar masyarakat. Melalui
interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun
kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia
terbentuk) telah mengalami proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Kemampuan
berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia.Tanpa itu
kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa
berubah.
Perubahan yang terjadi
saat ini berlangsung begitu cepat.Hanya dalam jangka waktu satu generasi banyak
negara-negara berkembang telah berusaha melaksanakan perubahan kebudayaan,
padahal di negara-negara maju perubahan demikian berlangsung selama beberapa
generasi.
Pada hakekatnya bangsa
Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh
luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah
yang terjadi dalam proses globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan hanya
soal ekonomi namun juga terkait dengan masalah atau isu makna budaya dimana
nilai dan makna yang terlekat di dalamnya masih tetap berarti..Masyarakat
Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti
anekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah geografisnya.Keanekaragaman
masyarakat Indonesia ini dapat dicerminkan pula dalam berbagai ekspresi
keseniannya.
Dengan perkataan lain,
dapat dikatakan pula bahwa berbagai kelompok masyarakat di Indonesia dapat
mengembangkan keseniannya yang sangat khas. Kesenian yang dikembangkannya itu
menjadi model-model pengetahuan dalam masyarakat.
2.2
Masyarakat
Masyarakat
(sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah
sistem
semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah
antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata
"masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak.
Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan
antar entitas-entitas.
Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama
lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang
yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai
sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan
yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi
sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.[2]
Mendukung konsepsi kebudayaan
sebalumnya, sebagaimana dikemukakan Parsudu Suparlan “kebudayaan adalah
keseluruhan pengetahuan yang dipunyai manusia sebagai makhluk sosial yang
isisnya dalah oerangkat model-model pengetahuan 9pedoman hidup atau blue
print: atau desain ubtuk kehidupan)
yang secara selektif dapat diguanakn utuk memahami dan menginterprestasi
lingkungan yang dihadapi, dan untuk mendorong dan menciptakan tindakan tindakan
yang diperlukannya (menghasilakn kelakuan dan benda/peralatan).” Definisi ini tampaknya sejalan dengan James
P. Spradley yang menyatakan “culture
is the acquired knowledge that people use to interpretation experience and to
generate social behavior, and cultural artifacts” (Kebudayaan adalah
pengetahuan yang diperoleh yang digunakan penduduk untuk menginterpretasi
pengalaman dan melahrikan tingkah laku sosial. kita kayakan semua itu sebagai
kebudayaan pengetahuan, kebudayaan tingkah laku, dan kebudayaan kebendaaan).[3]
2.3
Norma
dan Nilai
a)
NORMA
Norma sosial
Norma
merupakan pedoman atau patokan bagi perilaku dan tindakan seseorang atau
masyarakat yang ber sumber pada nilai.Dengan kata lain,norma adalah wujud
konkrit dari nilai yang merupakan pedoman,berisi suatu keharusan bagi individu
atau masyarakat. Norma dianggap positif apabila di anjurkan atau di wajibkan
oleh lingkungan sosialnya.Sedangkan,norma dianggap negative,apabila tindakan
atau perilaku seseorang di larang lingkungan sosialnya.
Unsur
pokok norma social adalah tekanan social terhadap anggota-anggota masyarakat
untuk menjalankan norma-norma yang berlaku.Apabila di masyarakat terdapat suatu
aturan, tetapi tidak di kuatkan oleh desakan social,maka aturan tersebut tidak
dapat di katakan sebagai norma social.Karena itu aturan dapat di katakan
sebagai norma social apabila mendapat sifat kemasyarakatannya yang di jadikan
patokan dalam tindakan atau perilaku. Dengan demikian dilihat dari kebudayaan
yang berlaku di masyarakat akan memiliki dua arti yaitu:
Pertama,disebut
norma budaya,yaitu aturan terhadap perilaku individu atau kelompok yang di
harapkan oleh masyarakat.
Kedua,disebut
norma statis yaitu suatu ukuran perlaku yang sebenarnya di masyarakat,baik yang
disetujui atupun tidak.
Sampai sejauh mana tekanan norma di perlukan oleh masyarakat,berdasarkan kuat lemahnya norma yang mengikat,terbagi menjadi 4 golongan yaitu:
Sampai sejauh mana tekanan norma di perlukan oleh masyarakat,berdasarkan kuat lemahnya norma yang mengikat,terbagi menjadi 4 golongan yaitu:
a) Cara atau usage
Bentuk atau tindakan seseorang terhadap
orang lain,norma ini kekuatannya lemah karena hanya terbatas pada lingkungan
pergaulan saja yang berhubungan dengan kebiasaan seseorang mengganggu orang
lain (interaksi social secara terbatas) dinamakan Cara atau “usage”,misalnya:
Seseorang bila sedang makan,mulutnya
selalu berbunyi,orang lain di dekatnya merasa terganggu dan di anggap tidak
sopan,sehingga adakalanya orang lain akan mentertawakan atau mencelanya.
Tidur mendengkur,mengganggu orang lain
yangtidur di dekatnya,walaupun yang melakukan tidak merasakannya,kadangkala
kebiasaan ini menjadi bahan olokan.
b) Tradisi atau Folksways
Norma yang di ikuti masyarakat,tanpa
harus berfikir dahulu.Norma ini di lakukan berdasarkankebiasaan yang terjadi di
masyarakat.Kebiasaan (folksways) hanyalah suatu cara yang bias di lakukan dan
di anggap wajar sehingga senantiasa di ulang-ulang oleh individuatau kelompok
masyarakat,misalnya:
Di masyarakat pedesaan atau sebagian
masyarakat perkotaan dan di pulau jawa,apabila membuat rumah,di bubungannya
disimpanbendera merah putih,seikat padi,beberapa batang tebu dll.setelah rumah
tersebut selesai,kemudiaan di adakan syukuran dengan membuat bubur merah dan
bubur putih.pemilik rumah tidak harus berfikir,mengapa hal itu d lakukan?
Tindakan yang demikian di lakukan hanya berdasarkan kebiasaan saja.
c) Mores
Norma-norma yang tidak hanya secara otomatis dilakukan,dengan
tanpa berfikir yang
panjang.hal ini biasanya di hubungkan dengan suatu keyakinan dan perasaan,
karena memiliki nilai yang penting bagi individu dan masyarakat atau perilaku
sopan,dapat di sebut sebagai”tata kelakuan”,misalnya:hormat kepada yang lebih
tuaatau di tuakan,baik dalam keluarga sendiri maupun terhadap orang lain.Mores
atau “tata kelakuan” ini sangat penting bagi masyarakat karena:
Memberikan batas-batas pada perilaku
individu,tata perilaku mereka merupakan alat untuk memerintahkan dan melarang
anggota masyarakat untuk melakukan suatu perbuatan.
Tata kelakuan mengidentifikasi
(menyatukan diri) antara individu dengan kelompoknya.
Menjaga solidaritas (kesetiakawanan)
diantara anggota-anggota masyarakat itu.
d) Adat istiadat atau costom
Berasal dari tata kelakuan yang relative
kekal dan berintegrasikan kuat dengan pola-pola perilaku masyarakat,sehingga
kekuatannya meningkat dan mengikat.
Anggota keluarga yang melanggar adat
istiadat akan menderita sanksi yang keras yang kadang-kadang secara langsung di
perlukan.Misalnya hukum adat yang melarang terjadinya perceraian antara suami
istri,umumnya berlaku di daerah Lampung.Ikatan perkawinan di nilai sebagai
kehidupan bersama yang sifatnya abadi dan hanya dapat putus apabila salah satu
meninggal dunia(cerai mati),apabila terjadi perceraiaan maka tidak hanya yang
bersangkutan yang tercemar namanya,tetapi seluruh keluarga dan bahkan seluruh
sukunya.Untuk menghilangkan kecemaran tersebut di perlukan suatu upacara adat
khususnya yang membutuhkan biaya besar sekali.Biasanya orang yang melakukan
pelanggaran tersebut dikeluarkan dari masyarakat dan juga keluarga sampai dia
dapat mengembalikan keadaan yang semula.
Norma yang lebih menitik beratkan pada
segi berat atau ringan nya sanksi atau hubungan yang di jatuhkan yaitu:
a) Norma
agama
Adalah beberapa rangkaian peraturan
perintah dan larangan tuhan yang terhimpun di dalam kitab suci.
b) Norma
susila
Adalah suatu norma yang menghendaki
serta menganjurkan agar sikap/anggota masyarakat baik terhadap sesamanya.Norma
ini berasal dari akhlak dan tingkah laku atau dari hati nurani manusia.
c) Norma
sopan santun
Adalah sebagai petunjuk/aturan hidup
bagi masyarakat,bagaimana seseorang bertindak yang sebaik-baiknya.
d) Norma
kebiasaan
Adalah petunjuk atau aturan hidup
tentang perilaku yang di ulang-ulang dalam bentuk yang sama hingga akhirnya
menjadi kebiasaan masyarakat.
e) Norma
hukum
Adalah norma yang pada hakikatnya adalah
norma agama yang di konkritkan bagi ukhrawi/sugrowi melainkan duniawi hingga
bagi pelanggar hukum sanksinya bersifat nyata.
b) NILAI
Nilai Sosial
Secara sederhana nilai merupakan hal yang
di anggap baik atau buruk bagi kehidupan dan dapat di pertahankan dan di
jadikan pedoman hidup bagi seseorang atau masyarakat. Nilai social adalah
penghargaan yang di berikan masyarakat kepada segala sesuatu yang terbukti
mempunyai daya guna fungsonal bagi kehidupan bersama.Daya guna fungsional
artinya tiap orang dan setiap barang atau sesuatu yang mempunyai sifat di
hargai menurut fungsinga dalam struktur dan system masyarakat yang
bersangkutan,setiap penghargaan berbeda,tergantung pada besar atu kecilnya
fungsi.
Nilai social dapat pula berupa gagasan
dari pengalaman yang berarti maupun tidak tergantung pada penafsiran setiap
individu atau masyarakat yang memberikan atau yang menerimanya.Pengalaman baik
yang menghasilkan nilai yang positif sehingga nilai yang bersangkutan dijadikan
pegangan.Seperti menepati janji,tepat waktu,disiplin dll.Sedangkan pengalaman
buruk akan di hindari,misalnya: seseorang mengalami pengalaman buruk yaitu di
bohongi oleh orang tertentu maka ia akan menghindari interaksi dengan orang
tersebut. Dengan demikian nilai akan menjadi kaidah yang mengatur kepentungan
hidup peribadi maupun kepentingan bersama,sehingga nilai dapat di jadikan
etika.Dalam kehidupan social di masyarakat suatu nilai dapat saja memiliki
penghargaan lebih tinggi di bandingkan dengan nilai-yang lain.
Kehidupan bersama di masyarakat memerlukan
pengertian yang harus diperhatikan,yaitu:pembentukan pribadi manusia sebagai
warga masyarakat,kemajuan masyarakat,dan perkembangan sosio-budaya.
Berdasarkan ketiga hal di atas,fungsi
nilai social antara lain:
·
Fungsi nilai social
·
Sebagai factor pendorong
·
Sebagai petunjuk arah
·
Sebagai benteng perlindungan
Ciri-ciri
nilai social
·
Nilai merupakan dasarbagi masyarakat
yang tercipta melaluiinteraksi diantar anggota masyarakat.
·
Nilai memuaskan manusia dan mengambil
bagian dalam memenuhikebutuhan social masyarakat.
·
Nilai merupakan asumsi abstrak yang di
dalam nya terdapat consensus social tentang harga relatife dari obje asyarakat.
·
Nilai dapat mempengaruhiperkembangan
pribadi masyarakat baik secara fositif maupun negative.
PERANAN NILAI DAN NORMA
DALAM INTERAKSI SOSIAL
Dalam melakukan tindakan pada suatu
interaksi social seeorang di pandu oleh nilai-nilai.Ada nilai-nilai yang membimbing seseorang dalam melakukan atau
tidak melakukan suatu tindakan.
2.4. KEBUDAYAAN
Pengertian Budaya
Budaya berkenaan dengan cara
manusia hidup. Manusia belajar berfikir, merasa mempercayai, dan mengusahakan
apa yang patut menurut budayanya . Bahasa,
persahabatan, kebiasaan makan, peraktik komunikasi, tindakan-tindakan
social, kegiatan-kegiatan ekonomi dan politik, dan teknologi, semua itu
berdasarkan pola-pola budaya . apa yang orang-orang lakukan, bagaimana
orang-orang bertindak, bagaimana mereka hidup, dan berkomunikasi, merupakan
respon-respon terhadap dan fungsi-fungsi dari budaya mereka.
Budaya adalah suatu konsep
yang membangkitkan minat. Secara formal budaya di definisikan sebagai tatanan
pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hierarki, agama,
waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik
yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melaui usaha
individu dan kelompok. Budaya menampakkan diri dalam pola-pola bahasa dan dalam
bentuk-bentuk kegiatan dan perilaku yang berfungsi sebagai model-model bagi
tindakan-tindakan penyesuaian diri dan gaya komunikasi yang memungkinkan
orang-orang tinggal dlam suatu masyarakat di satu lingkungan geografi trtentu
pada suatu tingkat perkembangan teknis tertentu dan pada suatu saat tertentu. [4]
Pengertian
Kebudayaan Menurut Para Ahli
Kebudayaan juga disebut superorganis
karena walaupun kebudayaan adalah hasil ciptaan manusia tetapi budaya menguasai
manusia. Berikut merupakan beberapa definisi mengenai kebudayaan dari beberapa
ahli:
a)
E.B
Taylor
Kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks di dalamnya mencakup ilmu pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral dan hukum, adat istiadat, dan kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang di peroleh manusia sebagai anggota masyrakat.
b)
Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang di jadikan milik diri manusia dengan cara belajar.
c)
Douglas
Jackson
Kebudayaan adalah
akumulasi pengalaman manusia yang di transmisikan dari generasi ke generasi dan
di difusikan dari kelompok yang satu ke keklompoj yang lainnya di permukaan
bumi.
d)
Spuhler
Kebudayaan adalah
adaptasi biologis yang di transmisikan secara non genetic
e)
Selo
Sumardjan
Kebudayaan adalah hasil
rasa, karsa, dan karya manusia.
f)
Ki
Hadjar Dewantara
Kebudayaan
yang berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan terhadap dua pengaruh
kuat, yakni alam dan zaman atau kodrat dan masyarakatuntuk mengatasi berbagai
tantangan dalam kehidupannya una mencapai eselamatan dan kebahagiaan yang pada
lahir bersifat tertib dan damai atau dengan kata lain kebudayaan adalah buah
budi manusia dalam hidup bermasyarakat.[5]
Dari
definisi diatas dapat disimpulka ciri-ciri kebudayaan yaitu :
a) Kebudayaan
di ciptakan oleh manusia melalui perasaan, kehendak, dan pikiran serta karya
manusia
b) Kebudayaan
di butuhkan oleh manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan
c) Kebudayaan
di peroleh manusia, melalui proses belajar
d) Kebudayaan
di wariskan dari generasi ke generasi secara non-genetis
e) Kebudayaan
dimiliki dan siakui oleh masyarakat
f) Kebudayaan
sifatnya dinamis atau berubah-ubah
g) Kebudayaan
dapat berupa gagasan (ide), tindakan (perilaku), dan hasil karya yang berbentuk
material (kebendaan).
Selain istilah
kebudyaan terdapat juga, konsep perdaban.Isitilah peradaban atau peluhuran
dalam bahsa inggris di sebut dengan civilization.Istilah tersebut sering di
pakai untuk unsur-unsur kebudayaan yang lebih tinggi, halus, indah, seperti
kesenian, ilmu pengetahuan, atau menunjukan suatu kebudayaan yang lebih maju
dan kompleks, sepertisistem teknologi, sistem kenegaraan, dan lain-lain.
1)
Unsur-unsur
Dan Wujud Kebudayaan
Kebudayaan
memiliki unsur-unsur universal, yang berarti unsur- unsur kebudayaan ini
dimiliki oleh semua budaya-budaya manusia yang ada di muka bumi ini dari
masyarakat sederhana sampai masyarakat modern. Unsur-unsur kebudayaan universal
meliputi :
a) Bahasa
(lisan dan tulisan)
Sistem berbahasa adalah ciri khas makhluk yang namanya manusia.
Kebutuhan akan kemampuan berbahasa dengan kebutuhan akan interaksi sosial.
Interaksi sosial disini tidak hanya interaksi antar individu dala kelompok,
tapi juga kelompok lainnya.
Bahasa
dapat di bedakan atas :
1.
Bahasa isyarat misalnya
kentongan, gerakan tangan, anggukan dan gelengan kepala dan isyarat lainnya
yang di terima berdasarkan kesepakatan suatu masyarakat
2.
Bahasa lisan di ucapkan
melalui mulut
3.
Bahasa tulisan melalui
buku, gambar, surat, Koran, dan sebagainya
b) Sistem
peralatan dan perlengkapan hidup atau sistem teknologi
Teknologi
adalah semua cara dan alat yang di pergunakan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya yang meliputi alat-alat produksi, distribusi dan transportasi,
wadah dan tempat untuk menyimpan makan dan minuman, pakaian dan perhiasan,
tempat berlindung dan perumahan serta senjata.
Lewis
Henry Mogan (1963) tentang perubahan teknologi manusia sebagai berikut :
1. Zaman
liar bawah (low savagery) yaitu sejk manusia ada di bumi sampai ia mengenal
bahasa
2. Zaman
liar tengah (middle savagery) yaitu di tandai dengan adanya kemampuan membuat
api dan berakhir dengan adanya kemampuan membuat busur dan panah
3. Zaman
liar atas ( upper savagery) dari membuat busur dan panah sampai menemukan
peralatan tembikar
4. Zaman
beradab bawah (lower barbarisan) mulai dari kemampuan membuat tembikar sampai
mengenal budidaya tumbuhan dan pemeliharaan binatan ternak
5. Zaman
beradab tengah (middle barbarisan) mulai dari pengenalan kemampuan budidaya
tanaman dan hean sampai kemampuan bertani secara menetap dan mengenal sistem
irigasi
6. Zaman
beradab atas (upper barbarisan) mulai kemampuan membuat irigasi yang berarti
pula sudah mengenal pengolahan besi sampai mengenal sistem alphabet
7. Sistem
peradaban (zivilization) di tandai dengan penggunaan bahas tulisan dan
percetakan sampai sekarang.
c) Sistem
mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi
Sistem
ekonomi berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang paling mendasar,
yaitu meliputi berburu dan meramu, perikanan, bercocok tanam, peternakan, serta
perdagangan, tetapi berdasarkan tingkat teknologi yang di pergunakan sistem
ekonomi juga dapat di bagi atas :
1. Masyarakat
pemburu dan peramu ( hunter and gathering)
Lebih bergantung terhadap alam, hidup berpindah-pindah, hidup
dalam kelompok kecil peralatan yang di pergunakan untuk sederhana, perbedaan
sosial berdasarkan jenis kelamin dan usia. Pemilikan barang bersama, dan
biasanya bersifat eksogamua (perkawinan dengan luar anggota kelompok)
2. Pertanian
berpindah-pindah atau berladang
Mengenal pembudidayaan tumbuhan walau masih dengan air hujan,
belum mengenal pupuk dan benih, mereka memilih hutan yang dekat dengan sumber
air untuk di jadikan lahan pertanian, peralatan sederhana, penggunaan lahan
relative pendek 2-3 kali panen lalu di tinggalkan dan mencari lahan baru, hasil
produksi untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
3. Pertanian
intensif
Tinggal sudah menetap (sedenter) sudah menggunakan hewan
sebagai alat bantu, sudah mengenal pemeliharaan tanaman, usaha peningkatan
kesuburan lahan, pemilihan benih.
4. Industri
(manufacturing)
Usaha pengolahan barang mentah sampai menjadi barang jadi
atau siap pakai.Induetri menggunakan alat-alat sedrehana sampai dengan modern.
Dengan pendistribusian barang-barang atau hasi produksi ada tiga yakni:
a. Barter
atau tukar menukar barang
b. Redistribusi
c. Sistem
pasar
d) Sistem
kemasyarakatan atau organisasi sosial atau sistem sosial
Organisasi
sosial adalah perkumpulan atau persekutuan orang atau kelompok dalam
masyarakat, bekerja sama untuk mencapai satu tujuan bersama. Unsur-unsur
kebudayaan yang sama dan di miliki oleh semia masyarakat di dunia ini dalam
sistem sosial atau organisasi sosial, yaitu lemiputi sistem, kekerabatan,
sistem kesatuan hidup, asosiasi dan perkumpula-perkumpulan serta sistem
kenegaraan.
Unit
terkecil dari sistem sosial yang terdapat dalam masyarakat adalah keluarga yang
terbentuk akibat adanya perkawinan.Selain itu dalam masyarakat ada dua macam
aturan perkawinan yaitu endogamy keharusan kawin dengan orang yang berasal dari
kelompoknya sendiri.Dan eksogami yang mengharuskan anggotanya kawin dengan
orang yang berasal dari luar kelompoknya.Dari perkawinan ini menghasilkan keluarga
batih atau keluarga batih (nucleos family). Gabungan dari keluarga atau lebih menghasilkan
apa yang di sebut dengan keluarga luas (axtented family)
e) Sistem
pengetahuan
Pengetahuan
merupakan segala sesuatu yang di ketahui atau kepandaian.Pengetahuan yang
universal meliputi pengetahuan tentang flora dan fauna, tentang ruang, waktu,
dan bilangan serta pengetahuan tentang tubuh manusia dan perilaku antara sesame
manusia.
f) Sistem
religi
Unsur-unsur
kebudayaan universal yang berkaitan
dengan sistem religi meliputi sistem kepercayaan, sistem nilai dan pandangan
hidup, komunitas keagamaan serta upacara keagamaan.
Kesadaran
atas keterbatasan manusia dalam memahami kejadian –kejadian yang terjadi di
alam serta keterbatasan manusia memahami peristiwa-peritiwa dalam kehidupan
seha-hari membuat manusia sadar bahwa ada kekuatan yang tidak tampak dan di
luar jangkauannya. Dari kesadaran tersebut timbul sebuah kepercayaan seperti :
kepercayaan terhadap roh nenek moyang (animism), kepercayaan terhadap alam
(dinamisme), menganggap suci kepada binatang tertentu (totemisme), pemujan dan
pelaksanaan upacara (shamanisme), percaya terhadap dewa-dewa (politheisme) dan
lain sebagainya.
g) Sistem
kesenian
Kesenian adalah pranata yang di pergunakan untukmengekpresikan
rasa keindahan dari dalam liwa manusia.pada awal perkembangan nya kesenian
mempunyai kaitan erat usaha mempertahankan diri dan kepercayaan,seperti
menggambar anggota tubuh (tatto)tujuannya adalah untuk menyamarkan diri dari
musuh dan binatang buruan.
Kesenian umumnya dapat
di bedakan ;
a) Seni
rupameliputi seni patung,pahat,lukis,dan seni rias
b) Seni
music meliputi seni vocal dan seni music
c) Seni
sastra meliputi puisi,prosa,novel,dan drama
d) Seni
gerak meliputi pantonim,seni tari dsb
Kesenian adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan rohani
yaituuntuk di nikmati oleh perasaan manusia.
3 wujud kebudayaan
menurut koentjaraningrat yaitu meliputi;
1) berupa
sistem budaya(curtural system)
2) berupa
sistem sosial
3) berupa
kebudayaan fisik.
2)
Perkembangan
Atau Dinamika Kebudayaan
Dari waktu ke waktu kebudayaan selalu mengalami
perubahan.kebudayaan suatu masyarakat juga akan mengalami pertemuan saling
silang dengan kebudayaan masyarakat atau kelompok masyarakat lain,dari
pertemuan-pertemuan itu akan terjadi apa yang dinamakan ‘prosespeminjaman
selektif’.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan dan
perkembangan kebudayaan dapat di sebabkan oleh faktor dari dalam(internal) dan
faktor dari luar(eksternal)
Faktor internal antara lain
discovery,invention,inovasi dan enkulturasi. Sedangkan faktor eksternal antara
lain meliputi difusi,akulturasi, dan asimilai.
Hakikat Manusia Dalam Kebudayaan
Kebudayaan seringkali
dipahami dengan pengertian yang tidak tepat. Beberapa ahli ilmu sosial telah
merumuskan berbagai definisi tentang kebudayaan dalam rangka memberikan
pengertian yang benar tentang apa yang dimaksud dengan kebudayaan tersebut.
Akan tetapi ternyata definisi-definisi tersebut tetap saja kurang memuaskan.
Terdapat dua aliran pemikiran yang berusaha memberikan kerangka bagi pemahaman
tentang pengertian kebudayaan ini, yaitu aliran ideasional dan aliran
behaviorisme. Dari berbagai definisi yang telah dibuat tersebut,
koentjaraningrat berusaha merangku, pengertian kebudayaan dalm tiga wujudnya,
yaitu kebudayaan sebagai wujud curtural system, social system,dan artefact.
Artinya, kebudayaan tersussun atas beberapa komponen utama yaitu yang bersifat
kognitif, normative, dan materiil.
Sayangnya kemudian, cara pandang
orang melihat kebudayaan seringkali terjebak dalam sifat chauvinism, yaitu
rendah kebudayaan lain. Contoh sikap chauvisinm, seperti yang dikemukakan oleh Adolf
Hitler misalnyadengan kalimat “Jerman di atas segala-galanya dlam dunia”. Demikian juga
Inggris dengan slogan Right or Wrong is My Country . Demikian juga
jepang yang menganggap bangsanya merupakan keturunan Dewa Matahari. Padahal
seharusnya dalam memahami kebudayaan kita perlu jujur dan berpegangan pada
sifat-sifat kebudayaan yang variatif,relative, universal dan meremekan kultur
lain.
Sebagaimana dikatakan van Peursen
(1998), bahwasannya budaya semestinya diperlakukan sebagai kata kerja, bukannya
sebagai kata benda. Sebab suatu budaya dalam masyarakat terus –menerus
mengubah, bahkan meskipun itu adalah sebuah tradisi. Dan biasanya proses
pengalihan atau perubahan budaya difasilitasi oleh adanya kontak komunikasi
melalui bahsa. Tanpa bahsa, proses pengalihan kebudayaan tidak akan terjadi.
Selanjutnya, hubungan antara
manusia dengan kebudayaan juda dapat
dilihat dari kedudukan manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan,
yaitu sebagai :
1. Penganut
kebudayaan
2. Pembawa
kebudayaan
3. Manipulator
kebudayaan
4. Pencipta
kebudayaan
Sebagai penganut kebudayaan
seseorang hanya menjadi pelaku tradisi dan kebisaan yang berkembang dalam
masyarakat nya. Sebaliknya pembawa
kebudayaan adalah pihak luar dan atau anggota masyarakat setempat yang membawa
budaya asing atau baru dalam tatanan masyarakat setempat. Todak semua anggota
masyarakat dapat beradaptasi dengan budaya baru yang datang dari luar. Umumnya,
budaya baru sulit diterima dan butuh waktu bertahap untuk penyesuaian jika
budaya baru tersebut ada kemungkinan diterima. Sementara manipulator kebudayaan
adalah anggota masyarakat yang melakukan aktivitas kebudayaan atau
mengatasnamakan budaya setempat tetapi tidak sesuai dengan nilai-nilai atau ide
luhur sebagaimana yang seharusnya dilakukan.
Pembentukan kebudayaan sebagaimana
diuraikan di atas sesungguhnya dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan
yang meminta pemecahan dan penyelesaian atas
kondisi kehidupan yang dialaminya. Dalam rangka bertahan maka manusia harus mampu memenuhi apa yang
menjadi kebutuhannya sehingga manusia melkukan bebagau cara sosial yang
terjadi. Apa yang dilakukan oleh manusia tersebut dapat disebut sebagai proses kebudyaaan.
kebudayaan yang disunakan oleh manusi untuk menyelesaikan malah-masalahnya,
atau yang bisa kita sebut sebagai way of life , pedoman hidup yang
digunakan setiap individu dalam bertingkah laku.
Dengan demikian, maka secara
definitif makna kebudayaan sendiri adlan kesekuruhan pengetahuan, kepercayaan,
seni,moral,hukum, adat serta kemampuan dak kebuasaan lainnya yang diperoleh
manusia sebagai bagian dari anggota masyarakat (E.B.Taylor, 1871:21). Subtansi
penjelasan taylor tersebut pada dasarnya telah merangkum semua definisi tentang
kebudayaan yang pernah muncul (Jujun S.
Suriasumantri, 2003:261). Namun Koentjaraningrat (1974) kemudian membaginya
menjadi unsure-unsur kebudayaan secara lebih terperinci, yaitu terdiri dari
system religi, dan upacara keagamaan system dan organisasi kemasyarakatan,
sistem kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahsa kesenian, sistem pencarian,
serta sistem teknologi peralatan.
Dalam kehidupannya, manusia
mempunyai kebutuhan yang beragam dan terus bertambah mengikuti deras laju
perubahan lingkungan sosial disekitarnya. Masllow dalam Jujun (2003:262)
membagi kebutuhan manusia dalam lima kelompok kebutuhan mendasar, yaitu
fisiologi, rasa aman, afiliasi, harga diri, dan perkembangan potensi. Pada
manusia pemenuhan kebutuhannya diperoleh melalui cara hidup berdasarkan
kebiasaan, tradisi, atau kebudayaan pendahulunya. Karena itu ubahnya seperti
kompas penyelamat ( survibal kit) bagi keberlanjutan nilai-nilai
kemanusiaan.
Manusia memiliki kemamuan dasar
selain instingtif, juga kemampuan untuk terus belajar, berkomunikasi dan
menguasai objek-objek yang bersifat fisik. Dengan kemampuan berkomunikasi dan
belajar menjadikan manusia terus meningkatkan kecerdasan dengan cara
berpikirnya. Selain itu manusia juga memiliki kehalusan perasaan atau kejiwaan
yang di dalamnya terkandung dorongan-dorongan hodup dasar, insting,
perasaan,berpikir, kemauan dan fantasi.
Kejiwaan atau budi yang dimiliki manusia menjadi motor atau penggerak
bagi terciptanya hubungan bermakna dengan alam sekitarnya melalui penilaian
atas objek dan kejadian Nial yang diberikan oleh manusia inilah yang menjadi
tujuan dan subtansi dari kebudayaan itu sendiri.
Jika disimpulkan, maka inti dari
kebudayaan adalah nilai-nilai dasar dari seganap wujud kebudayaan. Nilai-nilai
budaya dan segenap hasilnya adalah muncul dari tata cara hidup yang merupakan
kegiatan manusia atas nilai-nilai budaya yang dikandungnya. Dengan bahasa lain
nilai budaya hanya bisa diketahui melaui budi dan jiwa, sementara tata cara
hidup manusia dapat diketahui oleh pancaindra. Dari ide kebudayaan dan tata
cara hidup manusia kemudian terwujud produk (artefak) kebudayaan sebagai sarana
untuk memudahkan atau sebagai alat dalam berkehidupam. Sarana untuk memudahkan
atau sebagai alat dalam berkehidupan. Sarana kebudayaan adalah perwujudan
secara fisik atas nilai-nilai budaya dan tata cara hidup yang delakukan manusia
guna memudahkan atau menjebatani tercapainya pelbagai kebutuhan manusia.
Mendukung konsepsi kebudayaan
sebalumnya, sebagaimana dikemukakan Parsudu Suparlan , “kebudayaan adalah
keseluruhan pengetahuan yang dipunyai manusia sebagai makhluk sosial yang
isisnya dalah oerangkat model-model pengetahuan 9pedoman hidup atau blue
print: atau desain ubtuk kehidupan)
yang secara selektif dapat diguanakn utuk memahami dan menginterprestasi lingkungan
yang dihadapi, dan untuk mendorong dan menciptakan tindakan tindakan yang
diperlukannya (menghasilakn kelakuan dan benda/peralatan).” Definisi ini tampaknya sejalan dengan James
P. Spradley yang menyatakan “culture
is the acquired knowledge that people use to interpretation experience and to
generate social behavior, and cultural artifacts” (Kebudayaan adalah
pengetahuan yang diperoleh yang digunakan penduduk untuk menginterpretasi
pengalaman dan melahrikan tingkah laku sosial. kita kayakan semua itu sebagai
kebudayaan pengetahuan, kebudayaan tingkah laku, dan kebudayaan kebendaaan).[6]
Kebudayaan dengan demikian adalah ide
berupa model-model pengetahuan yang dijadikan landasan atau acuan oelh
seseorang sebagai anggota masyarakat melakukan aktivitas sosila, menciptakan
materi kebudayaan dalam unsure busayan universal: agama,ilmu pengetahuan,
teknolohi, ekonomi, organisasi sosial, bahsa dan komunikasi, serta kesenian,
seperti pada gambar dibawah ini
Gambar
1 Tujuh Komponen Kebudayaan
Legenda
: Setiap kotak unsur kebudayaan ini terbuka satu sama lainnya, termasuk dari
suatu suku bangsa kepada suku bangsa lainnya.
Agama sering menjadu kuat
dominasinya jika ia kuat penekanannya pada nilai-nilai tertinggi “ “ultimate
value”, yaitu hubungannya dengan Maha Pencipta (Tuhan), dan kehidupan abadi
serta keadilan tertinggi atas kebaikan dan keburukan (pahala atau dosa) atas
pola piker,sikap, dan perilaku selama di dunia fana.
1. Agama
dalam
temuan antropologi dan sosiologi, komponen-komponen pokok yang terdapat dalam
setiap agama meliputi adanya: umat beragama , sistem keyakinan, sistem
peribadatan/ritual, sistem peralatan ritus, dan emosi keagamaan
2. lmu
Pengetahuan
dari
penelitian antropologi dan sosiologi, semua masyarakat pendukung suatu
kebudayaan, memiliki sistem pengetahuan yang utuh menanggapi keberadaaan alam
nyata (natural) dan nirnyata (supernatural). Kondisi ini menyambung kepada
pemahaman tentang kehidupan dan kematian,perbuatan keadilan, kefanaan dan
keabadian.
3. Teknologi
Antropologi
dan sosiologi juga menjumpai bhwa setiap warga masyarakat pendukung suatu
kebudayaan memiliki kemampuan secara ide hingga melaksanakan kegatan bersama
melahirkan peralatan hidup yang difungsikan untuk memenuhi kebutuhan pada
pelbagai unsure kebutuhan budaya
universal lainnya.
4. Ekonomi
Antropologi
serta sosiologi juga menemukan dalam setiap masyarakat kebudayaan adanya
bentuk-bentuk ekonomi (berburu-meramu,bercocok taman,barter,pasar/uang, dan
forto,komunikasi). Rentangan kekuatan ekonomi (investasi,produksi,
keagengan,distribusi,eceran,buruh,kegiatan pasar,dan penajbaran penghasilan).
5. Organisasi
sosial
Pada
setiap masyarakat pendukung kebusyaan akan selalu terdapat variasi kelompok
warga masyarakat (kemargaan,jaringan
kawin-mawin,kampung/kewilayahan,keetnisan,profesi,dan politik)
Budaya Lokal Sunda
Budaya Sunda adalah budaya yang
tumbuh dan hidup dalam masyarakat Sunda. Budaya Sunda dikenal dengan
budaya yang sangat menjunjung tinggi sopan santun. Pada umumnya karakter
masyarakat Sunda adalah periang, ramah-tamah (someah), murah senyum,
lemah-lembut, dan sangat menghormati orangtua.
Itulah cermin budaya masyarakat Sunda. Di dalam bahasa Sunda diajarkan
bagaimana menggunakan bahasa halus untuk berbicara dengan orang yang lebih tua.
Etos Budaya
Kebudayaan Sunda termasuk salah satu kebudayaan tertua di Nusantara.
Kebudayaan Sunda yang ideal kemudian sering kali dikaitkan sebagai kebudayaan
masa Kerajaan Sunda. Ada beberapa ajaran dalam
budaya Sunda tentang jalan menuju keutamaan hidup. Etos dan watak Sunda itu
adalah cageur, bageur, singer dan pinter, yang dapat diartikan
"sembuh" (waras), baik, sehat (kuat), dan cerdas. Kebudayaan Sunda
juga merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa
Indonesia yang dalam perkembangannya perlu di lestarikan. Sistem kepercayaan
spiritual tradisional Sunda adalah Sunda Wiwitan yang
mengajarkan keselarasan hidup dengan alam. Kini, hampir sebagian besar
masyarakat Sunda beragama Islam, namun ada beberapa yang tidak beragama Islam, walaupun
berbeda namun pada dasarnya seluruh kehidupan di tujukan untuk kebaikan di alam
semesta.
Nilai-nilai
Budaya
Kebudayaan Sunda memiliki ciri khas tertentu
yang membedakannya dari kebudayaan–kebudayaan lain. Secara umum masyarakat Jawa
Barat atau Tatar Sunda, dikenal sebagai masyarakat yang lembut, religius, dan
sangat spiritual. Kecenderungan ini tampak sebagaimana dalam pameo silih
asih, silih asah dan silih asuh; saling mengasihi (mengutamakan sifat welas
asih), saling menyempurnakan atau memperbaiki diri (melalui pendidikan dan
berbagi ilmu), dan saling melindungi (saling menjaga keselamatan). Selain itu
Sunda juga memiliki sejumlah nilai-nilai lain seperti kesopanan, rendah hati
terhadap sesama, hormat kepada yang lebih tua, dan menyayangi kepada yang lebih
kecil. Pada kebudayaan Sunda keseimbangan magis di pertahankan dengan cara
melakukan upacara-upacara adat sedangkan keseimbangan sosial masyarakat Sunda
melakukan gotong-royong untuk mempertahankannya.
Kesenian
Budaya Sunda memiliki banyak kesenian, diantaranya adalah
kesenian sisingaan, tarian khas Sunda, wayang golek, permainan anak-anak, dan
alat musik serta kesenian musik tradisional Sunda yang bisanya dimainkan pada
pagelaran kesenian.
Sisingaan adalah kesenian khas sunda yang menampilkan 2–4
boneka singa yang diusung oleh para pemainnya sambil menari. Sisingaan sering
digunakan dalam acara tertentu, seperti pada acara khitanan.
Wayang golek adalah boneka kayu yang
dimainkan berdasarkan karakter tertentu dalam suatu cerita perwayangan. Wayang
dimainkan oleh seorang dalang yang menguasai berbagai karakter maupun suara
tokoh yang di mainkan.
Jaipongan adalah pengembangan dan akar dari tarian klasik
.
Tarian Ketuk Tilu ,
sesuai dengan namanya Tarian ketuk tilu berasal dari nama sebuah instrumen atau
alat musik tradisional yang disebut ketuk sejumlah 3 buah.
Alat musik khas sunda yaitu, angklung,
rampak kendang, suling, kecapi, goong, calung. Angklung adalah
instrumen musik yang terbuat dari bambu , yang unik , enak didengar angklung
juga sudah menjadi salah satu warisan kebudayaan Indonesia.
Rampak kendang adalah beberapa kendang (instrumen musik
tradisional sunda) yang di mainkan bersamma – sama secara serentak.
Advertisement
2.5.
PERILAKU MENYIMPANG
a) Pengertian
perilaku menyimpang
Sosialisasi erat
kaitannya dengan pembentukan perilaku, misalnya perilaku menyimpang, terjadinya
perilaku menyimpang di sebabkan oleh kesulitan komunikasi, adanya perbedaan
tingkah laku, dan individu
yang tidak mempunyai konsep tentang dirinya.
Kehidupan
di masyarakat tidak selamanya sejalan dengan nilai dan norma yang berlaku
sesuai dengan harapan yang tertentu, akibatnya terjadi penyimpangan. Berikut
akan di sajikan pengertian perilaku menyimpang yang disampaikan oleh para ahli
:
Soerjono
Soekanto, menjelaskan bahwa suatu penyimpangan dapat berwujud sebagai
pengecualian atau penyelewengan. Jika terdapat pengecualian maka penyimpangan
yang terjadi di berikan pembenaran, namun pada penyelewengan sebenarnya telah
terjadi suatu deti atau kejahatan/pelanggaran. Suatu detik merupakan keadaan
atau proses dimana warga masyarakat gagal/mapu untuk mentaati nilai dan norma
yang berlaku.
James
Van Der Zanden mengemukakan bahwa penyimpangan sebagai perilaku yang oleh
sejumlah besar orang dianggap sebagai hak yang tercela di luar batas toleransi.
Robert
MZ Lawang perilaku menyimpang sebagai semua tindakan yang menyimpang dari
norma-norma yang berlaku dari uatu sistem sosial dan menimbulkan dari
norma-norma yang berwenang dalam sistem menyimpang.
Berdasarkan
definisi-definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perilau menyimpang adalah perilaku yang
di nyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma yang berlaku.
b)
Bentuk-bentuk
Penyimpangan
Bentuk
penyimpangan yang umunya terjadi dalam kehidupan antara lain meliputi :
1.
Penyalahgunaan
narkotika
2.
Perkelahian
pelajar
3.
Perilaku
seksual di luar nikah
4.
Penggunaan
alcohol
5.
Indisipliner
6.
Menyontek
7.
Merokok
di sekolahan
8.
Dan
lain-lain
c)
Latar
belakang terjadinya penyimpangan
Penyimpangan
sosial yang terjadi dalam masyarakat tidak akan muncul begitu saja apabila
tidak faktor penarik dan faktor pendorong.
a.
Faktor
penarik
Ialah terjadinya
penyimpangan yaitu faktor yang berada di luar diri seseorang untuk melakukan
penyimpangan
b.
Faktor
pendorong
Yaitu faktor
yang terjadi didalam diri seseorang atau keluarga yang memungkinkan seeorang
melakukan penyimpangan
d)
Perilaku
dan subkebudayaan menyimpang
Pergaulan
yang dilakukan seseorang yang sedang tumbuh dewasa, umumnya tidak lepas dari
peniruan (imitasi) terhadap orang lain yang di jadikan idolanya. Tetapi
peniruan ini kadang kala bersifat negative, yang ditiru adalah budaya barat
seperti dari Eropa atau Amerika yang dianggapnya mewakili dunia modern, hal ini
di sebut westernisasi.
Berperilaku
seperti mereka akan merasa dirinya modern, padahal tidak demikian karena yang
ditiru mereka bukan ilmu pengetahuan ataua keterampilan melainkan pola, sikap,
perilaku, kebiasaaan dan lain-lain yang biasa di lihat di televise, film di
bioskop atau gaya kelompok pemain musik (band, girlband, boyband dll) yang
menjadi panutannnya.
Westernisasi
didalamnya terdapat kata “west” yang berarti barat bukan berarti ppengambilan
kebudayaan dari barat berupa ilmu pengetahuan dan teknologo tanpa berperilaku
seperti orang barat melainkan berperilaku dan bertindak seperti orang barat
yang dianggapnya modern jangan melupakan budaya sendiri. Westernisasi berarti
peniruan seperti orang barat, misalnya :
1)
Meniru
sevara berlebihan gaya pakaian (mode) yang selalu mengalami perubahan dengan
cepat
2)
Meniru
gaya bicara dan adat sopan santun pergaulan barat
3)
Ikap
merendahkan bahasa daerah dan bahasa indoneia dengan mencampur adukan istilah
dan ungkapan orang barat ke dalam bahasa Indonesia,walaupun lawan yang di ajak
bicara tidak memahaminya,begitu pula dalam menegur orang lain yang di
temuinya,seperti:hallo!,okey,Dad,bye,dll.
4)
Meniru
pesta-pesta yang di lakukan orang barat seperti pesta ulang tahun,pesta malam
tahun baru yang disertai dengan minum-minuman keras.
5)
Tidak
melewatkan pergi ke disco untuk setiap saat di malam minggu atau malam liburan
6)
Wanita
yang bertemu teman dekatnya yang telah lama tidak jumpa,melakukan cium pipi
kanan pipi kiri.
7)
Ketika
didalam kelas menyontek saat melaksanakan ujian beberapa siswa menyontek
jawaban teman-temannya
8)
Sering
terlambat masuk sekolah/kelas karena akibat menonton televisi sampai larut
malam
9)
Selalu
bergantung pada orang lain dan selalu menyerahkan pekerjaan atau tanggung jawab
pada orang lain
10) Setiap kali pergi keluar dan datang
kerumah tidak mengucapkan salam.
Usaha mengadopsi gaya hidup ke
barat-baratan seperti itulah yang di sebut westernisasi.
BAB
III
METODOLOGI
Berdasarkan
dengan sifat masalah dan tujuan penelitian yang ingin dicapai serta keadaan dan
sifat data yang di perlukan, maka metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskritif analisis, menurut Surakhmad (1990 : 153) yaitu
:
“Metode penelitian yang
tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada sekarang, yang mempunyai ciri-ciri
: memusatkan diri pada masalah-masalah actual, dimana data yang terkumpul
mula-mula disusun, di jelaskan dan kemudian di analisis”.
1. Struktur Penelitian
A.
Identifikasi Variabel
Dalam
penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel (x) variabel bebas dan
variabel (y) terikat yang terdiri dari :
·
Variabel Bebas (x) : GLOBALISASI
MELUNTURKAN NORMA DAN NILAI
·
Variabel terkat (y) : KEBUDAYAAN
2.
Model atau Paradigma
Penelitian
Penulis membuat suatu model
penelitian untuk menggunakan pengaruh (judul) yang ditunjukan oleh gambar
3.
Instrumen Pengukuran
Skala pengukuran merupakan seperangkat aturan yang diperlukan untuk
mengkualitatifkan data dari pengukuran suatu variable.
Dalam melakukan
penelitian alat yang digunakan berupa kuesioner dan wawancara. Kuesioner adalah
alat berupa pengumpulan data yang berbentuk daftar pertanyaan yang diisi oleh
responden dan berguna untuk :
a)
Memperoleh informasi
yang relevan dengan tujuan penelitian
b)
Memperoleh informasi
yang validitas dan reabilitas pengukuran dilaksanakan melalui
pertanyaa-pertanyaan.
Adapun Instrumen
pengukuran yang digunakan untuk mengukur jawaban responden dalam menganalisa
data yang terkumpul dari variable bebas dan variable terikat, penulis menggunakan
ratting scale, seperti yang dikemukakan dalam Sugiono (1994:77-80), bahwa :
“Ratting scale adalah data mentah yang
diperoleh berupa angkakemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Oleh
karena itu juga ratting scale lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran
sikap saja tetapi mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya”.
Pengukuran
dilaksanakan melalui pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan- pernyataan ( dalam
sugiono, 1994:73-74), dengan ketentuan sebagai berikut :
a)
Jawaban Setuju/S
diberi nilai 1
b)
Jawaban Ragu-ragu/ RG
diberi nilai 2
c)
Jawaban Tidak
setuju/TS diberi nilai 3
Kemudian skala pengukuran yang digunakan untuk mengetahui keadaan “Derasnya
Globalisasi Melunturkaan kebudayaan Norma dan nilai sosial di Desa Cipurut Kecamatan Cirenghas
Kabupaten Sukabumi Indonesia”. maka menggunakan metode garis kontinum (Sugiono,1994:76), cara
penghitungannya sebagai berikut :
Ø Nilai tertinggi = skor tertinggi x
jumlah pertanyaan x jumlah responden
Ø Nilai terendah = skor terendah x
jumlah pertanyaan x jumlah responden
Ø Nilai interval = nilai tertinggi –
nilai terendah
Ø Jarak interval = nilai interval :
skor tertinggi
Ø Nilai tertinggi = 3 x 1 x 80 = 240
Ø Nilai terendah = 1 x 1 x 80 = 80
Ø Nilai interval = 240 – 80 = 160
Ø Jarak interval = 160 : 3 = 53,3
Maka secara kontinium dapat di gambarkan sebagai berikut :
1.
Strategi Penelitian
a.
Pendekatan, Metode dan
Teknik Pengumpulan Data
Data yang terkumpul masih mentah dan
memerlukan pengolahan yang lebih lanjut, sehingga memperoleh hasil yang di
harapkan. Analisis penelitian dalam penelitian ini adalah dekskritif analisis.
Sedangkan teknik pengumpulan data yang
penulis gunakan untuk menunjang penelitian yang di gunakan adalah :
1.
Studi kepustakaan
Studi kepustakaan adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara membaca, mempelajari, menelaah, dan menganalisa teori-teori serta
literature atau bahan bacaan yang berkaitan dengan masalah yang di teliti.
2.
Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan daftar
pertanyaan secara tertulis dan terstruktur kepada responden untuk mengetahui
berbagai keterangan mengenai masalah yang sedang di teliti. Jenis angket yang
disebar adalah angket tertutup yaitu angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan
yang di sertai dengan alternatif-alternatif jawaban yang telah di sediakan.
3.
Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data yang di lakukan dengan cara melakukan
komunikasi langsung atau Tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait.
4.
Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung kepada objek penelitian mengenai
beberapa hal yang dianggap perlu di dalam penelitian, seperti dalam perubahan
perilaku.
b.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari
unit analisis yang ciri-cirinya akan di
duga (singarimbum, 1995:155).
Dalam penelitian ini populasinya adalah
warga masyarakat Desa Cipurut Kecamatan Cireunghas dalam penelitian ini
populasinya adalah penduduk remaja dan orang tua warga Desa Cipurut. Adapun
jumlah warga di desa tersebut 480 orang.
Untuk lebih memudahkan penelitian dari
populasi tersebut di tentukan sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel yang
di ganakan adalah teknik nonprobality sampling
dengan metode purposive sampling. Besarnya sampel di tentukan rumus Slovin
dam Umar Husein (2000:78) dengan kelonggaran sepuluh persen yaitu sebagai
berikut :
Keterangan :
N = Populasi
n
= sampel
d = presisi
1 = angka konstan
sampel yang masih dapat di tolerir atau
diinginkan
Untuk menghitungnya sebagai berikut :
Diketahui :
N = 480
d2 = 10%
n = 480
480. 102 + 1
100
n = 480
(480. 0,01) + 1
n = 480
5 + 1
n = 480
6
n = 80
Dengan menggunakan rumus Slovin tersebut
maka jumlah (n) sampel di tetapkan sebanyak 80 orang
2.
Lokasi dan Waktu
Penelitian
a.
Lokasi penelitian
Lokasi yang di jadikan objek penelitian adalah Desa Cipurut yang Beralamat di jalan
Gandasoli Kecamatan Cireunghas Kabupaten Sukabumi.
b.
Waktu penelitian
Adapun lama penelitian dan rencana kegiatan penyusunan jurnal yang
dilakukan penulis mulai bulan Desember 2012 sampai Februari 2012 di gambarkan
dalam table berikut :
No.
|
Jenis Kegiatan
|
DESEMBER
|
JANUARI
|
FEBRUARI
|
|||
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
||
1
|
Tinjauan Pustaka
|
||||||
2
|
Pengajuan Judul
|
||||||
3
|
Penyusunan Jurnal
|
||||||
4
|
Observasi lapangan
|
||||||
5
|
penyelesaian
|
||||||
6
|
Penyerahan hasil
Jurnal
|
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk
membuktikan hipotesis ada pengaruh Globalisasi terhadap norma dan nilai
kebudayaan. Selanjutnya untuk membuktikan sejauh mana pengaruh Globalisasi
terhadap norma dan nilai kebudayaan di Desa Cipurut kecamatan Cirenghas
kabupaten Sukabumi, maka penulis melakukan penelitian kepada sejumlah warga di
Desa Cipurut. Pengumpulan data yang dilaksanakan dalam rangka penelitian
tersebut dilakukan dengan cara menyebar angket yang bersifat tertutup.hasil
penelitian membuktikan bahwa Globalisasi ternyata mempengaruhi norma nilai
kebudayaan di Desa Cipurut itu.
Dilihat
dari jawaban angket tersebut, yaitu :
Pertantanyaan
1. Ikut serta dalam kegiatan poskamling
Hasil
jawaban dari 80 warga didapat nilai 172 dengan jawaban
No
|
Interval Jawaban
|
Nilai
|
Jumlah Responden
|
0%
|
Jumlah Skor
|
1
|
Setuju
|
1
|
20
|
25%
|
20
|
2
|
Ragu-ragu
|
2
|
28
|
35%
|
56
|
3
|
Tidak Setuju
|
3
|
32
|
40%
|
96
|
Jumlah
|
80
|
100%
|
172
|
Dari
hasil penelitian yang kami lakukan telah di dapat bahwa jumlah responden yang
menjawab setuju adalah 20 respon atau 25% dengan skor 20, jumlah responden atau
yang menjawab ragu-ragu adalah 28 responden atau 35% dengan skor 56, dan jumlah
responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 32 responden atau 40% dengan skor
96. Jumlah skor ideal (kriterium untuk setiap item adalah 3 x 1 x 80 = 240
(Tinggi) sedangkan untuk jumlah skor terendah item 1 x 1 x 80 = 80. Berdasarkan
data diatas penlaian responden apabila dilihat prosentasenya adalah jumlah skor
ideal dibagi jumlah skor yang diharapkan dikali seratus persen, yatu (172 :
240) x 100% = 71,6% .Dari hasil penelitian tersebut ada 40% responden yang
menjawab tidak setuju dengan jumlah skor 96 dari 172 maka dapat disimpulkan
bahwa kebanyakan masyarakat lebih memilih tidak mengikiti poskambling daripada
mengikuti, karena masyarakat di sekitar daerah tersebut kebanyakan bekerja di
siang hari sampai sore hari bahkan terkadang sampai malam hari juga karena
lembur maka dari itu harus beristirahat dimalam hari sehingga tidak bisa ikut
serta dalam kegiatan poskamling dan lebih memilih untuk membayar sebagai
gantinya. Dan apabila menurut Arikunto (1998:246) pada Bab I maka hasil
tersebut bernilai Cukup Baik.
STB TB CB B SB
80 112 133 176 208 240
Beradasarkan
data dari 80 responden di atas, jumlah skor di peroleh adalah 172 terletak pada
daerah Cukup Baik.
Pertanyaan
2. Mengikuti gotong royong sekitar tempat tinggal
Hasil
jawaban dari 80 warga didapat nilai 193 dengan jawaban
No
|
Interval Jawaban
|
Nilai
|
Jumlah Responden
|
0%
|
Jumlah Skor
|
1
|
Setuju
|
1
|
6
|
7.5%
|
6
|
2
|
Ragu-ragu
|
2
|
35
|
43.75%
|
70
|
3
|
Tidak Setuju
|
3
|
39
|
48.75%
|
117
|
Jumlah
|
80
|
100
|
193
|
Dari
hasil penelitian yang kami lakukan telah di dapat bahwa jumlah responden yang
menjawab setuju adalah 6 respon atau 7.5% dengan skor 6, jumlah responden atau
yang menjawab ragu-ragu adalah 35 responden atau 43.75% dengan skor 70, dan
jumlah responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 39 responden atau 48.75%
dengan skor 117. . Jumlah skor ideal (kriterium untuk setiap item adalah 3 x 1
x 80 = 240 (Tinggi) sedangkan untuk jumlah skor terendah item 1 x 1 x 80 = 80.
Berdasarkan data diatas penlaian responden apabila dilihat presentasenya adalah
jumlah skor ideal dibagi jumlah skor yang diharapkan dikali seratus persen,
yatu (193 : 240) x 100% = 80,42%. Dari hasil penelitian tersebut ada 48,75%
yang memberikan respon tidak setuju dengan jumlah skor 117 dari 193 maka dapat
disimpulkan bahwa kebanyakan masyarakat tidak setuju untuk mengikuti gotongroyong
di sekitar rumah mereka dengan alasan seperti pada responden no 1 bahwa
masyarakat lebih memilih untuk membayar uang untuk menggantikan
ketidakikutsertaan mereka dalam gotong royong itu. Dan apabila menurut Arikunto
(1998:246) pada Bab I maka hasil tersebut bernilai Baik.
STB TB CB B SB
80 112 133 176 208 240
Beradasarkan data dari 80 responden
di atas, jumlah skor di peroleh adalah 172 terletak pada daerah Baik.
Pertanyaan
3.Mengenal dan menyapa tetangga
Hasil
jawaban dari 80 warga didapat nilai 205 dengan jawaban
No
|
Interval Jawaban
|
Nilai
|
Jumlah Responden
|
0%
|
Jumlah Skor
|
1
|
Setuju
|
1
|
7
|
8.75%
|
7
|
2
|
Ragu-ragu
|
2
|
21
|
26.25%
|
42
|
3
|
Tidak Setuju
|
3
|
52
|
65%
|
156
|
Jumlah
|
80
|
100%
|
205
|
Dari
hasil penelitian yang kami lakukan telah di dapat bahwa jumlah responden yang
menjawab setuju adalah 7 respon atau 8,75% dengan skor 7, jumlah respon atau
den yang menjawab ragu-ragu adalah 21 responden atau 26,25% dengan skor 42, dan
jumlah responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 52 responden atau 65%
dengan skor 156. . Jumlah skor ideal (kriterium untuk setiap item adalah 3 x 1
x 80 = 240 (Tinggi) sedangkan untuk jumlah skor terendah item 1 x 1 x 80 = 80.
Berdasarkan data diatas penlaian responden apabila dilihat prosentasenya adalah
jumlah skor ideal dibagi jumlah skor yang diharapkan dikali seratus persen,
yatu (205 : 240) x 100% = 85,42 % Dari hasil penelitian tersebut ada 65% yang
memberikan respon tidak setuju dengan jumlah skor 156 dari 205 maka dapat
disimpulkan bahwa kebanyakan masyarakat malas menyapa tetangga disekitar
rumahnya, tidak mau bertegur sapa apalagi bercengkrama panjang dengan tetangga,
masyarakat lebih memilih untuk acuh pada sekitarnya atau malu berkomunikasi
dengan tetangga. Dan apabila menurut Arikunto (1998:246) pada Bab I maka hasil
tersebut bernilai Baik.
STB TB CB B SB
80 112 133 176 208 240
Beradasarkan
data dari 80 responden di atas, jumlah skor di peroleh adalah 172 terletak pada
daerah Baik.
Pertanyaan
4.Berbicara dengan tetangga dengan bahasa daerah sendiri
Hasil
jawaban dari 80 warga didapat nilai 187 dengan jawaban
No
|
Interval Jawaban
|
Nilai
|
Jumlah Responden
|
0%
|
Jumlah Skor
|
1
|
Setuju
|
1
|
10
|
12.5%
|
10
|
2
|
Ragu-ragu
|
2
|
33
|
41.25%
|
66
|
3
|
Tidak Setuju
|
3
|
37
|
46.25%
|
111
|
Jumlah
|
80
|
100%
|
187
|
Dari
hasil penelitian yang kami lakukan telah di dapat bahwa jumlah responden yang
menjawab setuju adalah 10 respon atau 12,5% dengan skor 10, jumlah responden
yang menjawab ragu-ragu adalah 33 responden atau 41,25% dengan skor 66, dan
jumlah responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 37 responden atau 46,25%
dengan skor 111. . Jumlah skor ideal (kriterium untuk setiap item adalah 3 x 1
x 80 = 240 (Tinggi) sedangkan untuk jumlah skor terendah item 1 x 1 x 80 = 80.
Berdasarkan data diatas penlaian responden apabila dilihat prosentasenya adalah
jumlah skor ideal dibagi jumlah skor yang diharapkan dikali seratus persen,
yatu (187 : 240) x 100% = 77,92%. Dari hasil penelitian tersebut ada 46,25%
yang memberikan respon tidak setuju dengan jumlah skor 146 dari 187 maka dapat
disimpulkan bahwa kebanyakan masyarakat hampit mencapai 50% tidak setuju memakai bahasa daeran sendiri (
bahasa sunda ) dan lebih sering memakai bahasa Indonesia karena mereka merasa
bahasa Indonesia lebih mudah dan bisa di mengerti oleh semua orang karena
merupakan bahasa nasional negara indonesia. Kebanyakan masyarakat enggan
memakai bahasa daerah nya ( bahasa sunda ) karena cenderung rumit dengan
berbagai macam aturan pemakaian karena pemakaian kata pada orang sebaya, lebih
tua, maupun lebih muda berbeda sesuai dengan norma bahasa sunda itu sendiri.
Dan apabila menurut Arikunto (1998:246) pada Bab I maka hasil tersebut
bernilai
STB TB CB B SB
80 112 133 176 208 240
Beradasarkan data dari 80 responden
di atas, jumlah skor di peroleh adalah 172 terletak pada daerah Baik.
Pertanyaan
5. Lebih senang berbicara di
jejaring social atau berbicara langsung bertatap muka
Hasil
jawaban dari 80 warga didapat nilai 168 dengan jawaban
No
|
Interval Jawaban
|
Nilai
|
Jumlah Responden
|
0%
|
Jumlah Skor
|
1
|
Setuju
|
1
|
23
|
28.75%
|
23
|
2
|
Ragu-ragu
|
2
|
26
|
32.5%
|
52
|
3
|
Tidak Setuju
|
3
|
31
|
38.75%
|
93
|
Jumlah
|
80
|
100%
|
168
|
Dari
hasil penelitian yang kami lakukan telah di dapat bahwa jumlah responden yang
menjawab setuju adalah 23 respon atau 28,75% dengan skor 23, jumlah respon atau
den yang menjawab ragu-ragu adalah 26 responden atau 32,5% dengan skor 52, dan
jumlah responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 31 responden atau 38,75%
dengan skor 93. . Jumlah skor ideal (kriterium untuk setiap item adalah 3 x 1 x
80 = 240 (Tinggi) sedangkan untuk jumlah skor terendah item 1 x 1 x 80 = 80.
Berdasarkan data diatas penlaian responden apabila dilihat prosentasenya adalah
jumlah skor ideal dibagi jumlah skor yang diharapkan dikali seratus persen,
yatu (168 : 240) x 100% = 70%. Dari hasil penelitian tersebut ada 38,75% yang
memberikan respon tidak setuju dengan jumlah skor 93 dari 168 maka dapat
disimpulkan bahwa kebanyakan masyarakat tidak setuju untuk berbicara langsung secara bertatap muka karena
degan menggunakan jejaring social lebih cepat dan lebih irit biaya, menghemat
waktu, dan juga tenaga tapi melunturkan budaya tatakrama dan sopan santun.
Dan apabila menurut Arikunto (1998:246) pada Bab I maka hasil tersebut bernilai
Cukup Baik.
STB TB CB B SB
80 112 133 176 208 240
Beradasarkan
data dari 80 responden di atas, jumlah skor di peroleh adalah 172 terletak pada
daerah Cukup baik.
Akumulasi
jawaban responden variable terikat (x) Globalisasi Melunturkan Norma Dan Nilai.
Item No
|
Skor Kenyataan yang
diperoleh
|
1
|
172
|
2
|
193
|
3
|
205
|
4
|
187
|
5
|
168
|
Jumlah
|
925
|
Berdasarkan
table di atas atau dari 5 item pertanyaan menunjukan hasil kumulatif dari
Globalisasi melunturkan norma dan nilai mempunyai skor 925 dengan jarak
interval antara 240 samapai 1,200 kemudian di interprestasikan dalam jarak
interval berdasarkan skor yang dicapai.
Ø Skor
yang diharapkan = 3 x 5 x 80=
1,200 (Nilai Tertinggi)
Ø Skor
terendah = 1 x 5
x 80= 400 (Nilai Terendah)
Skor Vx = Skor kenyataan x100%
Skor yang diharapkan
= 925 x 100%
1200
= 77.08%
Nilai 77.08% artinya kriteria menurut penilaian angket
Arikunto (1998:246) yang telah dijelaskan pada table diatas menunjukan bahwa
Globalisasi melunturkan norma dapat dinilai Tidak Baik.
Pertanyaan
6. Lebih senang menggunakan bahasa daerah daripada bahasa gaul
Hasil
jawaban dari 80 warga didapat nilai 170 dengan jawaban
No
|
Interval Jawaban
|
Nilai
|
Jumlah Responden
|
0%
|
Jumlah Skor
|
1
|
Setuju
|
1
|
19
|
23.75%
|
19
|
2
|
Ragu-ragu
|
2
|
32
|
40%
|
64
|
3
|
Tidak Setuju
|
3
|
29
|
36.25%
|
87
|
Jumlah
|
80
|
100%
|
170
|
Dari
hasil penelitian yang kami lakukan telah di dapat bahwa jumlah responden yang
menjawab setuju adalah 19 respon atau 23,75% dengan skor 19, jumlah responden
yang menjawab ragu-ragu adalah 32 responden atau 40% dengan skor 64, dan jumlah
responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 29 responden atau 36,25% dengan
skor 87. . Jumlah skor ideal (kriterium untuk setiap item adalah 3 x 1 x 80 =
240 (Tinggi) sedangkan untuk jumlah skor terendah item 1 x 1 x 80 = 80.
Berdasarkan data diatas penlaian responden apabila dilihat prosentasenya adalah
jumlah skor ideal dibagi jumlah skor yang diharapkan dikali seratus persen,
yatu (170 : 240) x 100% = 61,4870,83%. Dari penelitian tersebut ada 40% yang
memberikan respon ragu-ragu dengan jumlah skor 64 dan 36,25% merespon tidak
setuju dengan jumlah skor 87 dari 170 ini membuktikan bahwa masyarakat lebih
nyaman menggunkan bahasa menggunakan bahasa sehari-hari (gaul) dengan alasan
lebih santai atau lebih akrab di banding dengan bahsa daerah karena di anggap
lebih formal. Bahkan banyak masyarakat yang tidak bisa menggunakan bahasa
daerahnya sendiri karena sejak kecil tidak menggunakan bahasa daerah sebagai
alat komunikasi di keluarga ataupun di lingkungannya. Dan apabila menurut
Arikunto (1998:246) pada Bab I maka hasil tersebut bernilai Cukup baik.
STB TB CB B SB
80 112 133 176 208 240
Beradasarkan
data dari 80 responden di atas, jumlah skor di peroleh adalah 172 terletak pada
daerah Cukup Baik.
Pertanyaan
7. Lebih menyukai tarian daerah daripada modern dance
Hasil
jawaban dari 80 warga didapat nilai 158 dengan jawaban
No
|
Interval Jawaban
|
Nilai
|
Jumlah Responden
|
0%
|
Jumlah Skor
|
1
|
Setuju
|
1
|
23
|
28.75%
|
23
|
2
|
Ragu-ragu
|
2
|
36
|
45%
|
72
|
3
|
Tidak Setuju
|
3
|
21
|
26.25%
|
63
|
Jumlah
|
80
|
100%
|
158
|
Dari
hasil penelitian yang kami lakukan telah di dapat bahwa jumlah responden yang
menjawab setuju adalah 23 respon atau 28,75% dengan skor 23, jumlah responden
yang menjawab ragu-ragu adalah 36 responden atau 45% dengan skor 72, dan jumlah
responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 21 responden atau 26,25% dengan
skor 63. . Jumlah skor ideal (kriterium untuk setiap item adalah 3 x 1 x 80 =
240 (Tinggi) sedangkan untuk jumlah skor terendah item 1 x 1 x 80 = 80.
Berdasarkan data diatas penlaian responden apabila dilihat prosentasenya adalah
jumlah skor ideal dibagi jumlah skor yang diharapkan dikali seratus persen, yatu
(158 : 240) x 100% = 65,83%. Dari penelitian tersebut ada 45% yang memberikan
respon ragu-ragu dengan jumlah skor 72 dan 26,25% merespon tidak setuju dengan
jumlah skor 63 dan setuju 28,75% dengan nilai 23 ini membuktikan bahwa
kebanyakan masyarakat mulai binggung antara memilih tariannya sendiri atau
tarian dari luar. Hal ini karena penagrauh globalisasi yang mulai menjamur ke
berbebagi aspek. Karena tidak bisa pungkiri jarang sekali kita melihat
tari-tari tradisional di angkat di acara televisi, kalaupun ada tidak banyak.
Tarian modern lebih sering kita lihat di bertbagai acara televisi sehingga
masyarakat di daerah tersebut mulai tertarik kepada tarian-tarian dari luar
daripada tarian semdiri. Dan apabila menurut Arikunto (1998:246) pada Bab I
maka hasil tersebut bernilai Cukup Baik.
STB TB CB B SB
80 112 133 176 208 240
Beradasarkan
data dari 80 responden di atas, jumlah skor di peroleh adalah 172 terletak pada
daerah Cukup Baik.
Pertanyaan
8. Lebih suka film dalam negeri daripada luar negeri
Hasil
jawaban dari 80 warga didapat nilai 174 dengan jawaban
No
|
Interval Jawaban
|
Nilai
|
Jumlah Responden
|
0%
|
Jumlah Skor
|
1
|
Setuju
|
1
|
20
|
25%
|
20
|
2
|
Ragu-ragu
|
2
|
26
|
32.5%
|
52
|
3
|
Tidak
Setuju
|
3
|
34
|
42.5%
|
102
|
Jumlah
|
80
|
100
|
174
|
Dari
hasil penelitian yang kami lakukan telah di dapat bahwa jumlah responden yang
menjawab setuju adalah 20 respon atau 25% dengan skor 20, jumlah responden yang
menjawab ragu-ragu adalah 26 responden atau 32,5% dengan skor 52, dan jumlah
responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 34 responden atau 42,5% dengan
skor 102. . Jumlah skor ideal (kriterium untuk setiap item adalah 3 x 1 x 80 =
240 (Tinggi) sedangkan untuk jumlah skor terendah item 1 x 1 x 80 = 80.
Berdasarkan data diatas penlaian responden apabila dilihat prosentasenya adalah
jumlah skor ideal dibagi jumlah skor yang diharapkan dikali seratus persen,
yatu (174 : 240) x 100% = 72,5%. Dari penelitian tersebut ada 42,5% yang
memberikan respon tidak setuju ini membuktikan bahwa masyarakat di daerah
tersebut lebih menyukai film-film hasil dari Negara lai karena dianggap lebih
bagus dari kualitas film nya. Bahkan untuk film-film 3D lebih terlihat nyata
dan alat-alat pembuatan film lebih canggih sehingga pesan yang ingin di
sampaikan dari film itu lebih gampang di tangkap. Dan apabila menurut Arikunto
(1998:246) pada Bab I maka hasil tersebut bernilai
STB TB CB B SB
80 112 133 176 208 240
Beradasarkan
data dari 80 responden di atas, jumlah skor di peroleh adalah 172 terletak pada
daerah Cukup Baik.
Pertanyaan
9. Lebih suka permainan tradisional daripada permmainan modern
Hasil
jawaban dari 80 warga didapat nilai 180 dengan jawaban
No
|
Interval Jawaban
|
Nilai
|
Jumlah Responden
|
0%
|
Jumlah Skor
|
1
|
Setuju
|
1
|
15
|
18.75%
|
15
|
2
|
Ragu-ragu
|
2
|
30
|
37.5%
|
60
|
3
|
Tidak Setuju
|
3
|
35
|
43.75%
|
105
|
Jumlah
|
80
|
100%
|
180
|
Dari
hasil penelitian yang kami lakukan telah di dapat bahwa jumlah responden yang
menjawab setuju adalah 15 respon atau 18,75% dengan skor 15, jumlah responden
yang menjawab ragu-ragu adalah 30 responden atau 37,5% dengan skor 60, dan
jumlah responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 35 responden atau 43,75%
dengan skor 105. . Jumlah skor ideal (kriterium untuk setiap item adalah 3 x 1
x 80 = 240 (Tinggi) sedangkan untuk jumlah skor terendah item 1 x 1 x 80 = 80.
Berdasarkan data diatas penlaian responden apabila dilihat prosentasenya adalah
jumlah skor ideal dibagi jumlah skor yang diharapkan dikali seratus persen,
yatu (180 : 240) x 100% = 75%. Dari penelitian tersebut ada 43,75% yang
memberikan respon tidak setuju ini membuktikan bahwa masyarakat di daerah
tersebut lebih menyukai permainanan tradisional. Hal ini terjadi karena dampak
teknologi yang semakin canggih, dan anak-anak di daerah tersebut lebih memilih
permainan modern itu seperti game online, PS, iPad dlldari pada bermain yoyo
atau bola. Selain itu permainan tradisional pun sudah jarang kita temui. Dan
apabila menurut Arikunto (1998:246) pada Bab I maka hasil tersebut bernilai
Baik.
STB TB CB B SB
80 112 133 176 208 240
Beradasarkan
data dari 80 responden di atas, jumlah skor di peroleh adalah 176 terletak pada
daerah Baik.
Pertanyaan
10. Tidak suka girlband atau boyband
Hasil
jawaban dari 80 warga didapat nilai 176 dengan jawaban
No
|
Interval Jawaban
|
Nilai
|
Jumlah Responden
|
0%
|
Jumlah Skor
|
1
|
Setuju
|
1
|
20
|
25%
|
20
|
2
|
Ragu-ragu
|
2
|
24
|
30%
|
48
|
3
|
Tidak Setuju
|
3
|
36
|
45%
|
108
|
Jumlah
|
80
|
100%
|
176
|
Dari
hasil penelitian yang kami lakukan telah di dapat bahwa jumlah responden yang
menjawab setuju adalah 20 respon atau 25% dengan skor 20, jumlah responden yang
menjawab ragu-ragu adalah 24 responden atau 30% dengan skor 48, dan jumlah
responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 36 responden atau 45% dengan skor
108. . Jumlah skor ideal (kriterium untuk setiap item adalah 3 x 1 x 80 = 240
(Tinggi) sedangkan untuk jumlah skor terendah item 1 x 1 x 80 = 80. Berdasarkan
data diatas penlaian responden apabila dilihat prosentasenya adalah jumlah skor
ideal dibagi jumlah skor yang diharapkan dikali seratus persen, yatu (176 :
240) x 100% = 73,33%. Dari penelitian tersebut ada 45% yang memberikan respon
tidak setuju ini membuktikan bahwa masyarakat di daerah tersebut lebih menyukai
girlband atau boyband, sedangkan kita ketahui grup seperti itu bukan berasal
dari daerah Indonesia. Memang saat ini Indonesia sedang demam boyban/girlband
ini terlihat dari banyaknya grup-grup baru yang bermunculan karena sedang di
minati para pecinta musik dan tidak terkecuali masyarakat di desa Cipurut ini.
Ini menujukan bahwa Globalisasi sudah masuk ke dalam lingkungan masyarakat di
daerah tersebut. Dan apabila menurut Arikunto (1998:246) pada Bab I maka hasil
tersebut bernilai Cukup Baik.
STB TB CB B SB
80 112 133 176 208 240
Beradasarkan
data dari 80 responden di atas, jumlah skor di peroleh adalah 176 terletak pada
daerah Cukup Baik.
Akumulasi
jawaban responden variable terikat (y) Budaya.
Item No
|
Skor Kenyataan yang
diperoleh
|
1
|
170
|
2
|
158
|
3
|
174
|
4
|
180
|
5
|
176
|
Jumlah
|
858
|
Berdasarkan
table di atas atau dari 5 item pertanyaan menunjukan hasil kumulatif dari
Globalisasi melunturkan norma dan nilai mempunyai skor 858 dengan jarak
interval antara 240 samapai 1,200 kemudian di interprestasikan dalam jarak
interval berdasarkan skor yang dicapai.
Ø Skor
yang diharapkan = 3 x 5 x 80=
1,200 (Nilai Tertinggi)
Ø Skor
terendah = 1 x 5
x 80= 400 (Nilai Terendah)
Skor Vy = Skor kenyataan x100%
Skor yang diharapkan
= 858 x 100%
1200
= 71.5%
Nilai 71.5% artinya kriteria menurut penilaian angket
Arikunto (1998:246) yang telah dijelaskan pada table diatas menunjukan bahwa
Globalisasi melunturkan norma dapat dinilai Cukup melunturkan kebudayaan.
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
mengenai “Derasnya Globalisasi Melunturkaan kebudayaan Norma
dan nilai sosial di
Desa Cipurut Kecamatan Cirenghas Kabupaten Sukabumi Indonesi dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1.
Globalisasi
cukup melunturkan Norma dan Nilai di Desa Cipurut memperlihatkan sedikit
perubahan kearah negatif
2.
Globalisasi mempunyai pengaruh yang kuat
terhadap kebudayaan daerah di Desa Cipurut
Berdasarkan
hasil analisis 80 responden korelasi antara Globalisasi melunturkan norma dan Nilai
77.08% artinya kriteria menurut penilaian angket Arikunto (1998:246) yang telah
dijelaskan pada table diatas menunjukan bahwa Globalisasi melunturkan norma
dapat dinilai Tidak Baik. Dan mengenai kebudayaan mendapatkan hasil dari
analisis yang atas Nilai 71.5% artinya kriteria menurut penilaian angket
Arikunto (1998:246) yang telah dijelaskan pada table diatas menunjukan bahwa
Globalisasi melunturkan norma dapat dinilai Cukup melunturkan kebudayaan.
5.2.
Saran-saran
adapun saran-saran
1.
Sosialisasi
yang tepat dan berkesinambungan sehingga masyarakat paham dan menyadari
pentingnya akan Norma dan Nilai Kebudayaan
2.
Lebih
melestarikan kembali kebudayaan yang telah tergeser oleh Globalisasi
DAFTAR
PUSTAKA
·
Achmad suparman, Wikipedia, sabtu 18 januari
2013
·
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Sunda
·
Syaikh
Taqyuddin An-Nabhani, Wikipedia,
sabtu 18 januari 2013
·
Winataputra,Udin S.,(2007), materi
dan pembelajaran ips di SD,Jakarta, universitas terbuka.
·
Malinowski, Bronislaw,magic, Science and Religion and other Essays. Garden City New
York:Doubleday & Company, Inc
·
Tumanggor, Rusmin, Sistem Kepercayaan dan Pengobatan Tradisonal
(Disertasi), Jakarta:Universitas Indonesia, 1999:
·
White, Leslie A katakana” we shall
distinuguish three sub-system of culture,namely, technological,sociological and
ideological system these three categories comprise the sistem of culture as
whole” (dalam The Science of Culture: A Study of Man and Civilicization). New
York: Doubleday Canada Ltd.1949
·
Arikunto, suharsini.
1998. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. PT Grafindo Perdasa : Jakarta
·
Arikunto, Suharsini.
1990. Manajemen Penelitian. Rineka
Cipta : Jakarta
[1] Achmad suparman, Wikipedia, sabtu 18 januari 2013
[3] Malinowski, Bronislaw,magic, Science and
Religion and other Essays. Garden City New York:Doubleday & Company,
Inc,1948hlm 91 dan Tumanggor, Rusmin, Sistem Kepercayaan dan Pengobatan
Tradisonal (Disertasi), Jakarta:Universitas Indonesia, 1999,hlm 33: White,
Leslie A katakana” we shall distinuguish three sub-system of culture,namely,
technological,sociological and ideological system these three categories
comprise the sistem of culture as whole” (dalam The Science of Culture: A Study
of Man and Civilicization). New York: Doubleday Canada Ltd.1949hlm364.
[4]
Mulyana Deddy, Dr, dan Jalaludin Rakhmat., Komunikasi antar budaya, Rosda
Karya: Bandung, 2006
[5] Winataputra,Udin S.,(2007), materi dan pembelajaran ips di
SD,Jakarta, universitas terbuka.
[6] Malinowski, Bronislaw,magic, Science and Religion and other Essays.
Garden City New York:Doubleday & Company, Inc,1948hlm 91 dan Tumanggor,
Rusmin, Sistem Kepercayaan dan Pengobatan Tradisonal (Disertasi),
Jakarta:Universitas Indonesia, 1999,hlm 33: White, Leslie A katakana” we shall
distinuguish three sub-system of culture,namely, technological,sociological and
ideological system these three categories comprise the sistem of culture as
whole” (dalam The Science of Culture: A Study of Man and Civilicization). New
York: Doubleday Canada Ltd.1949hlm364.